Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
konteks pengajaran bahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks.
Menulis sulit dipelajari siswa dan sulit diajarkan oleh guru (Farris,
1993: 180). Alasannya, menulis memerlukan sejumlah keterampilan, yakni
keterampilan membuat perencanaan, menyeleksi topik, menata dan
mengorganisasikan gagasan, dan mempertimbangkan bentuk tulisan sesuai
dengan calon pembacanya. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, menulis
juga memerlukan keterampilan menyajikan isi tulisan secara teratur,
menggunakan diksi, kalimat secara efektif, dan menggunakan ejaan secara
tepat.
Salah satu tujuan program pengajaran Bahasa Indonesia (BI)
adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara
lisan maupun tulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan
berbahasa perlu dimiliki oleh siswa agar mampu berkomunikasi secara
tertulis. Tujuan berkomunikasi berupa pengungkapan pikiran, ide,
gagasan, pendapat, persetujuan, keinginan, dan penyampaian informasi
tentang suatu peristiwa. Hal tersebut disampaikan dalam aspek kebahasaan
berupa kata, kalimat, paragraf, ejaan, dan tanda baca dalam bahasa
tulis (Puskur, 2002:2).
Agar tujuan tersebut dapat tercapai
seperti yang diharapkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melaksanakan pembelajaran menulis yang menarik, bermakna, dan sesuai
dengan dunia siswa sehingga potensi menulis siswa dapat berkembang
secara optimal.
Dikemukakan oleh Tompkins (1991: 227), bahwa
pembelajaran menulis hendaknya ditekankan pada proses menulis. Pada
pembelajaran model ini peran guru bergeser dari sebagai pemberi tugas ke
sebagai teman kerja siswa. Pembelajaran model ini mengarah pada
pembelajaran secara kolaboratif antara siswa dan siswa serta siswa dan
guru sebagai cara untuk meningkatkan motivasi siswa terhadap menulis.
Hal itu sesuai dengan konsep pendekatan proses yang memusatkan pada
aktivitas siswa (Burn dan Ross, 1996: 385). Sejalan dengan uraian di
atas, Culkins (dalam Stewis dan Sabesta, 1989; 77) mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran menulis siswa idealnya menjadi partisipan aktif dalam
keseluruhan proses menulis.
Bentuk tulisan yang dipilih untuk
diteliti dalam penelitian ini yakni bentuk deskripsi. Dengan menulis
deskripsi diharapkan siswa mampu melukiskan suatu objek dengan
kata-kata. Hal itu sesuai dengan pernyataan Tompkins (1994:108) yang
mengatakan bahwa tulisan deskripsi diajarkan agar siswa dapat melukiskan
sesuatu dengan kata-kata yang jelas dan multi-sensoris. Berkenaan
dengan itu, Semi (1990:42) juga berpendapat bahwa deskripsi adalah
tulisan yang bertujuan memberikan rincian suatu objek tulisan. Hal
tersebut juga sejalan dengan Ellis dkk (1987:175) yang mengemukakan
bahwa mendeskripsikan suatu objek berarti melatih penulis pemula
mengamati objek yang dikenal, mengumpulkan berbagai detail,
mengorganisasikan, dan menyeleksi ide-ide.
Deskripsi merupakan
unsur penting dalam menulis. Penulis yang baik biasanya memiliki
kemampuan mengamati yang baik terhadap dunia sekitarnya. Mereka memiliki
indera penglihatan, penciuman, perasaan, dan pengecapan yang sensitif
dan perseptif (Rubin, 1995:249). Hal yang sama juga ditegaskan oleh
Ellis dkk (1989:175) bahwa deskripsi merupakan suatu cara penggambaran
objek melalui pengamatan untuk memulai mengarang.
Untuk
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi sebagai salah satu bentuk
tulisan yang harus dipahami dan dikuasai siswa, dapat dipilih, dan
digunakan strategi Student Teams Achievement Division (STAD). STAD
merupakan satu si stem belajar kelompok yang di dalamnya siswa dibentuk
ke dalam kelompok yang terdiri dari 6-7 orang secara heterogen. Dalam
melaksanakan belajar kooperatif model STAD, ada lima tahap yang penting
dilaksanakan, yakni (1) presentasi kelas, (2) kegiatan kelompok, (3)
pemberian tes, (4) peningkatan nilai individu, dan (5) penghargaan
terhadap usaha kelompok.
Relevansi penggunaan strategi belajar
kooperatif model STAD terhadap peningkatan kemampuan menulis terletak
pada aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ciri yang menonjol
dari belajar kooperatif model STAD terletak pada pola belajarnya yang
bersifat imitatif, interaksi berbahasa dalam konteks masyarakat yang
luas dimodifikasikan dalam kelompok-kelompok yang kecil. Dalam kelompok
kecil itu, siswa dituntut saling ketergantungan positif, saling
komunikasi, saling bekerja sama, dan bertanggungjawab. Suasana itu
menciptakan saling bertanya dan merespons pertanyaan di antara siswa
secara langsung. Lewat bertanya dan merespons pertanyaan, menjadi
perangsang bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan kebahasaannya dalam
berbagai kombinasi untuk mengungkapkan pikirannya (Hardjono, 1988:42).
Berdasarkan
pengamatan, juga ditemukan bahwa para siswa belum dapat menulis dengan
metode yang benar. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar
siswa menulis dengan metode yang kurang efektif dan efisien. Hal ini
ditandai dengan : (1) sebagian besar siswa masih lambat mengawali
menulis, (2) menentukan tema, dan (3) merangkai dari beberapa tema.
Masalah
rendahnya kompetensi menulis pada siswa tersebut perlu diberi pemecahan
berupa usaha untuk meningkatkan kompetensi menulis tersebut. Namun,
sebelum upaya itu dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu permasalahan
utama yang menjadi kendala dalam kompetensi menulis selama ini.
Pemilihan
strategi belajar mengajar harus didasarkan pada pertimbangan
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, yang tidak hanya menerima
secara pasif apa yang diberikan oleh guru saja. Guru harus menempatkan
siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman, keinginan,
pikiran, dan pengetahuan yang dapat berfungsi untuk belajar, baik secara
individu maupun secara kelompok. Strategi yang dipilih oleh guru
hendaknya yang dapat membuat siswa memiliki keyakinan dalam dirinya,
mampu belajar dan memanfaatkan potensi-potensi seluas-luasnya.
Strategi
pembelajaran kooperatif memberikan suatu kemungkinan guru-siswa dan
antar siswa berinteraksi dalam situasi yang kondusif, strategi ini dapat
mendorong siswa memanfaatkan informasi, pemikiran, pengalaman, atau
gagasan yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Selain itu, strategi ini dapat membantu siswa bekerja sama secara
efektif untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh kelompok.
Strategi
pembelajaran kooperatif memberikan solusi yang positif bagi
penyelesaian persoalan yang dihadapi oleh pengajaran menulis deskripsi.
Dengan strategi belajar ini diharapkan hubungan antar siswa lebih cair,
kegiatan belajar siswa di dalam kelas akan lebih variatif, dan yang
lebih penting pengalaman, pengetahuan dan kreatifitas siswa dapat
dimaksimalkan untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, baik di
dalam maupun di luar kelas.
Penelitian ini mengkhususkan pada
penelitian keterampilan menulis deskripsi dengan strategi pembelajaran
kooperatif, sehingga pada pembahasan selanjutnya terbatas pada
keterampilan menulis deskripsi.
Dengan adanya beberapa faktor
hambatan antara harapan dan kenyataan seperti yang telah dipaparkan,
selanjutnya perlu dilakukan penelitian tentang strategi pembelajaran
kooperatif dalam pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi tersebut.
Pembelajaran menulis deskripsi adalah melukiskan keadaan suatu objek
yang dapat berupa bentuk atau wujud sifat maupun keadaan. Dalam
pembelajaran menulis deskripsi di SMKN X, pengajar belum melibatkan
aktivitas siswa secara maksimal, sehingga hasil pembelajaran menulis
belum memenuhi harapan. Selain itu, sikap siswa yang kurang positif dan
maksimal terhadap pembelajaran ini, hal ini tampak bahwa siswa belum
menunjukkan motivasi belajar yang tinggi. Selain itu faktor guru yang
sering menggunakan metode ceramah, sehingga dalam pembelajaran terlihat
sangat membosankan, maka diharapkan peran serta guru untuk meningkatkan
kreativitasnya dalam menerapkan strategi pembelajaran.
Berpijak
dari uraian di atas, penelitian tentang penerapan pembelajaran
kompetensi menulis paragraf deskripsi dengan metode Student Teams
Achievement Division (STAD) pada siswa ini perlu segera dilaksanakan.
Terkait dengan hal tersebut perlu diperhatikan rumusan masalahnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah pelaksanaan kualitas pembelajaran menulis deskripsi dengan
strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) ?
2.
Apakah penerapan strategi pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada
siswa kelas X SMKN X?
C. Tujuan Penelitian
1.
Mendeskripsikan dan menjelaskan kualitas pelaksanaan pembelajaran
menulis deskripsi dengan strategi pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD).
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi
pada siswa kelas X SMKN X dengan strategi pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yakni manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoritis, yaitu
dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada
penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat
dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi
interaksi belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis
paragraf deskripsi. Manfaat teoritis lainnya adalah menambah khazanah
pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis paragraf
deskripsi. Selain itu, juga mengembangkan teori pembelajaran menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek gambar. yang pada
akhirnya menjadi pilihan strategi pembelajaran menulis deskripsi di SMKN
X.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu: bagi siswa, guru, dan lembaga.
a. Manfaat bagi siswa
Secara
praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui
peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Dengan mengetahui kondisi
potensi siswa, mereka dapat mengukur seberapa baik kemampuan yang
dimiliki sehingga diharapkan mereka mampu meningkatkannya bila dirasa
masih kurang.
b. Manfaat bagi guru
Untuk memperkaya khazanah
metode dan strategi dalam pembelajaran menulis, untuk dapat memperbaiki
metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang menarik, tidak membosankan, dan dapat
mengembangkan keterampilan guru Bahasa Indonesia khususnya dalam
menerapkan pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan
teknik objek gambar.
c. Manfaat bagi lembaga
Segi praktis
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka memajukan dan
meningkatkan prestasi sekolah adalah sebagai bahan masukan atau
informasi awal mengenai kondisi nyata pengajaran keterampilan menulis
deskripsi di SMKN X. Melalui informasi ini, diharapkan pengelola
pendidikan dapat menggunakan atau memilih model-model pembelajaran yang
tepat sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.
"Ketertiban Berbahasa Mencerminkan Keteraturan Berpikir dan Bertindak"
Minggu, 02 Juni 2013
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X SMKN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
konteks pengajaran bahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks.
Menulis sulit dipelajari siswa dan sulit diajarkan oleh guru (Farris,
1993: 180). Alasannya, menulis memerlukan sejumlah keterampilan, yakni
keterampilan membuat perencanaan, menyeleksi topik, menata dan
mengorganisasikan gagasan, dan mempertimbangkan bentuk tulisan sesuai
dengan calon pembacanya. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, menulis
juga memerlukan keterampilan menyajikan isi tulisan secara teratur,
menggunakan diksi, kalimat secara efektif, dan menggunakan ejaan secara
tepat.
Salah satu tujuan program pengajaran Bahasa Indonesia (BI)
adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara
lisan maupun tulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan
berbahasa perlu dimiliki oleh siswa agar mampu berkomunikasi secara
tertulis. Tujuan berkomunikasi berupa pengungkapan pikiran, ide,
gagasan, pendapat, persetujuan, keinginan, dan penyampaian informasi
tentang suatu peristiwa. Hal tersebut disampaikan dalam aspek kebahasaan
berupa kata, kalimat, paragraf, ejaan, dan tanda baca dalam bahasa
tulis (Puskur, 2002:2).
Agar tujuan tersebut dapat tercapai
seperti yang diharapkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melaksanakan pembelajaran menulis yang menarik, bermakna, dan sesuai
dengan dunia siswa sehingga potensi menulis siswa dapat berkembang
secara optimal.
Dikemukakan oleh Tompkins (1991: 227), bahwa
pembelajaran menulis hendaknya ditekankan pada proses menulis. Pada
pembelajaran model ini peran guru bergeser dari sebagai pemberi tugas ke
sebagai teman kerja siswa. Pembelajaran model ini mengarah pada
pembelajaran secara kolaboratif antara siswa dan siswa serta siswa dan
guru sebagai cara untuk meningkatkan motivasi siswa terhadap menulis.
Hal itu sesuai dengan konsep pendekatan proses yang memusatkan pada
aktivitas siswa (Burn dan Ross, 1996: 385). Sejalan dengan uraian di
atas, Culkins (dalam Stewis dan Sabesta, 1989; 77) mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran menulis siswa idealnya menjadi partisipan aktif dalam
keseluruhan proses menulis.
Bentuk tulisan yang dipilih untuk
diteliti dalam penelitian ini yakni bentuk deskripsi. Dengan menulis
deskripsi diharapkan siswa mampu melukiskan suatu objek dengan
kata-kata. Hal itu sesuai dengan pernyataan Tompkins (1994:108) yang
mengatakan bahwa tulisan deskripsi diajarkan agar siswa dapat melukiskan
sesuatu dengan kata-kata yang jelas dan multi-sensoris. Berkenaan
dengan itu, Semi (1990:42) juga berpendapat bahwa deskripsi adalah
tulisan yang bertujuan memberikan rincian suatu objek tulisan. Hal
tersebut juga sejalan dengan Ellis dkk (1987:175) yang mengemukakan
bahwa mendeskripsikan suatu objek berarti melatih penulis pemula
mengamati objek yang dikenal, mengumpulkan berbagai detail,
mengorganisasikan, dan menyeleksi ide-ide.
Deskripsi merupakan
unsur penting dalam menulis. Penulis yang baik biasanya memiliki
kemampuan mengamati yang baik terhadap dunia sekitarnya. Mereka memiliki
indera penglihatan, penciuman, perasaan, dan pengecapan yang sensitif
dan perseptif (Rubin, 1995:249). Hal yang sama juga ditegaskan oleh
Ellis dkk (1989:175) bahwa deskripsi merupakan suatu cara penggambaran
objek melalui pengamatan untuk memulai mengarang.
Untuk
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi sebagai salah satu bentuk
tulisan yang harus dipahami dan dikuasai siswa, dapat dipilih, dan
digunakan strategi Student Teams Achievement Division (STAD). STAD
merupakan satu si stem belajar kelompok yang di dalamnya siswa dibentuk
ke dalam kelompok yang terdiri dari 6-7 orang secara heterogen. Dalam
melaksanakan belajar kooperatif model STAD, ada lima tahap yang penting
dilaksanakan, yakni (1) presentasi kelas, (2) kegiatan kelompok, (3)
pemberian tes, (4) peningkatan nilai individu, dan (5) penghargaan
terhadap usaha kelompok.
Relevansi penggunaan strategi belajar
kooperatif model STAD terhadap peningkatan kemampuan menulis terletak
pada aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ciri yang menonjol
dari belajar kooperatif model STAD terletak pada pola belajarnya yang
bersifat imitatif, interaksi berbahasa dalam konteks masyarakat yang
luas dimodifikasikan dalam kelompok-kelompok yang kecil. Dalam kelompok
kecil itu, siswa dituntut saling ketergantungan positif, saling
komunikasi, saling bekerja sama, dan bertanggungjawab. Suasana itu
menciptakan saling bertanya dan merespons pertanyaan di antara siswa
secara langsung. Lewat bertanya dan merespons pertanyaan, menjadi
perangsang bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan kebahasaannya dalam
berbagai kombinasi untuk mengungkapkan pikirannya (Hardjono, 1988:42).
Berdasarkan
pengamatan, juga ditemukan bahwa para siswa belum dapat menulis dengan
metode yang benar. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar
siswa menulis dengan metode yang kurang efektif dan efisien. Hal ini
ditandai dengan : (1) sebagian besar siswa masih lambat mengawali
menulis, (2) menentukan tema, dan (3) merangkai dari beberapa tema.
Masalah
rendahnya kompetensi menulis pada siswa tersebut perlu diberi pemecahan
berupa usaha untuk meningkatkan kompetensi menulis tersebut. Namun,
sebelum upaya itu dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu permasalahan
utama yang menjadi kendala dalam kompetensi menulis selama ini.
Pemilihan
strategi belajar mengajar harus didasarkan pada pertimbangan
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, yang tidak hanya menerima
secara pasif apa yang diberikan oleh guru saja. Guru harus menempatkan
siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman, keinginan,
pikiran, dan pengetahuan yang dapat berfungsi untuk belajar, baik secara
individu maupun secara kelompok. Strategi yang dipilih oleh guru
hendaknya yang dapat membuat siswa memiliki keyakinan dalam dirinya,
mampu belajar dan memanfaatkan potensi-potensi seluas-luasnya.
Strategi
pembelajaran kooperatif memberikan suatu kemungkinan guru-siswa dan
antar siswa berinteraksi dalam situasi yang kondusif, strategi ini dapat
mendorong siswa memanfaatkan informasi, pemikiran, pengalaman, atau
gagasan yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Selain itu, strategi ini dapat membantu siswa bekerja sama secara
efektif untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh kelompok.
Strategi
pembelajaran kooperatif memberikan solusi yang positif bagi
penyelesaian persoalan yang dihadapi oleh pengajaran menulis deskripsi.
Dengan strategi belajar ini diharapkan hubungan antar siswa lebih cair,
kegiatan belajar siswa di dalam kelas akan lebih variatif, dan yang
lebih penting pengalaman, pengetahuan dan kreatifitas siswa dapat
dimaksimalkan untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, baik di
dalam maupun di luar kelas.
Penelitian ini mengkhususkan pada
penelitian keterampilan menulis deskripsi dengan strategi pembelajaran
kooperatif, sehingga pada pembahasan selanjutnya terbatas pada
keterampilan menulis deskripsi.
Dengan adanya beberapa faktor
hambatan antara harapan dan kenyataan seperti yang telah dipaparkan,
selanjutnya perlu dilakukan penelitian tentang strategi pembelajaran
kooperatif dalam pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi tersebut.
Pembelajaran menulis deskripsi adalah melukiskan keadaan suatu objek
yang dapat berupa bentuk atau wujud sifat maupun keadaan. Dalam
pembelajaran menulis deskripsi di SMKN X, pengajar belum melibatkan
aktivitas siswa secara maksimal, sehingga hasil pembelajaran menulis
belum memenuhi harapan. Selain itu, sikap siswa yang kurang positif dan
maksimal terhadap pembelajaran ini, hal ini tampak bahwa siswa belum
menunjukkan motivasi belajar yang tinggi. Selain itu faktor guru yang
sering menggunakan metode ceramah, sehingga dalam pembelajaran terlihat
sangat membosankan, maka diharapkan peran serta guru untuk meningkatkan
kreativitasnya dalam menerapkan strategi pembelajaran.
Berpijak
dari uraian di atas, penelitian tentang penerapan pembelajaran
kompetensi menulis paragraf deskripsi dengan metode Student Teams
Achievement Division (STAD) pada siswa ini perlu segera dilaksanakan.
Terkait dengan hal tersebut perlu diperhatikan rumusan masalahnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah pelaksanaan kualitas pembelajaran menulis deskripsi dengan
strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) ?
2.
Apakah penerapan strategi pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada
siswa kelas X SMKN X?
C. Tujuan Penelitian
1.
Mendeskripsikan dan menjelaskan kualitas pelaksanaan pembelajaran
menulis deskripsi dengan strategi pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD).
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi
pada siswa kelas X SMKN X dengan strategi pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yakni manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoritis, yaitu
dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada
penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat
dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi
interaksi belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis
paragraf deskripsi. Manfaat teoritis lainnya adalah menambah khazanah
pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis paragraf
deskripsi. Selain itu, juga mengembangkan teori pembelajaran menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek gambar. yang pada
akhirnya menjadi pilihan strategi pembelajaran menulis deskripsi di SMKN
X.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu: bagi siswa, guru, dan lembaga.
a. Manfaat bagi siswa
Secara
praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui
peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Dengan mengetahui kondisi
potensi siswa, mereka dapat mengukur seberapa baik kemampuan yang
dimiliki sehingga diharapkan mereka mampu meningkatkannya bila dirasa
masih kurang.
b. Manfaat bagi guru
Untuk memperkaya khazanah
metode dan strategi dalam pembelajaran menulis, untuk dapat memperbaiki
metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang menarik, tidak membosankan, dan dapat
mengembangkan keterampilan guru Bahasa Indonesia khususnya dalam
menerapkan pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan
teknik objek gambar.
c. Manfaat bagi lembaga
Segi praktis
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka memajukan dan
meningkatkan prestasi sekolah adalah sebagai bahan masukan atau
informasi awal mengenai kondisi nyata pengajaran keterampilan menulis
deskripsi di SMKN X. Melalui informasi ini, diharapkan pengelola
pendidikan dapat menggunakan atau memilih model-model pembelajaran yang
tepat sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS VIII B SMP X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap lembaga pendidikan pasti
mempunyai tujuan yang sama dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satunya yaitu dengan senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan masing-masing lembaga pendidikan tersebut. Begitu pula yang
dilakukan oleh SMP X yang terus berusaha menerobos dalam peningkatan
mutu dan kualitas sekolah. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi
kendala-kendala yang timbul dalam kaitannya dengan mutu pendidikan.
Termasuk bersikap terbuka dan bekerjasama dengan peneliti untuk
menemukan inovasi-inovasi baru di dalam pembelajaran. Inovasi-inovasi
baru ini diharapkan bisa diterapkan dengan baik sehingga bisa mengatasi
kendala-kendala yang selama ini timbul dan perlu segera ditangani.
Salah
satu kendala yang kini sedang dihadapi SMP X terkait dengan
keterampilan berbahasa adalah rendahnya kemampuan menulis siswa. Hal ini
bisa diketahui dan diidentifikasi dari beberapa hal. Pertama, hasil
wawancara peneliti dengan guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Dian
Perdani, S. Pd) yang mengajar di sekolah tersebut tertanggal 7 Januari
XXXX. Guru menjelaskan bahwa kemampuan menulis siswa kelas VIII masih
sangat rendah, terutama menulis teks berita. Siswa masih bingung dengan
pengemasan bahasa berita yang singkat, padat dan jelas. Mereka pun
terkadang tidak memperhatikan kelengkapan data pokok berita. Selain itu
aspek ejaan dan tanda baca juga masih rendah. Beliau menambahkan, "Jadi
siswa itu kalau diterangkan, kalau ditanya, sudah paham atau belum,
jawabannya itu sudah, tapi kalau disuruh mengerjakan itu masih banyak
kesalahannya." Lebih lanjut, ditambahkan juga dari kelima kelas, kelas
VIII B lah yang memiliki kemampuan menulis paling rendah.
Bertolak
dari pernyataan tersebut, peneliti pun mengadakan observasi awal
prasiklus (12 Januari XXXX) untuk memastikan kebenaran informasi yang
diberikan guru sebelumnya.
Dari hasil observasi prasiklus dapat
disimpulkan bahwa kualitas hasil kemampuan menulis teks berita siswa di
kelas VIII B rendah. Berikut disajikan data hasil nilai kemampuan awal
menulis teks berita siswa kelas VIII B.
** tabel sengaja tidak ditampilkan **
Kedua,
dari hasil survei dan observasi prasiklus di kelas VIII B (Senin, 12
Januari XXXX) diperoleh gambaran awal kondisi pembelajaran menulis teks
berita yang menunjukkan bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran menulis. Pada saat pemberian materi terlihat sekali
dominasi guru. Guru menerapkan metode ceramah dan siswanya hanya disuruh
mendengarkan dan mencatat jika memang diperlukan. Selesai menerangkan
materi, guru meminta siswa membaca contoh teks berita yang ada di buku
panduan mereka. Sedangkan guru hanya duduk di bangku depan. Kondisi ini
berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit. Waktu yang cukup lama dan
terkesan tidak efektif. Siswa terlihat bosan dan sibuk dengan aktivitas
mereka sendiri (mengobrol dengan teman sebangkunya, memandang ke
langit-langit dan terlihat melamun, memain-mainkan alat tulis, dst).
Keadaan ini menunjukkan kurangnya kualitas proses pembelajaran.
Sejauh
ini pembelajaran menulis di SMP X berlangsung dengan menggunakan metode
dan cara yang sama dari waktu ke waktu, yaitu hanya dengan memberikan
tugas menulis dan dikerjakan di rumah kemudian dikumpulkan pada batas
waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru tidak pernah mengetahui
bagaimana proses pengerjaan siswa. Guru hanya mengetahui hasil akhirnya
sebagai bahan penilaian. Dengan kata lain, pembelajaran lebih
berorientasi pada produk. Penggunaan media serta sarana prasarana yang
ada juga belum dimanfaatkan secara optimal.
Dari hasil wawancara
dengan siswa (12 Januari XXXX) mengindikasikan bahwa minat siswa
terhadap pembelajaran menulis rendah, minat membaca siswa pun rendah,
padahal minat baca sangat bertalian erat dengan kemampuan menulis. Hal
ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Semi (1995: 5) bahwa semakin
banyak siswa membaca, cenderung semakin lancar dia menulis. Saat
diwawancara beberapa siswa mengatakan kesulitan dalam menuangkan ide
mereka sehingga mereka merasa malas, takut dan bosan ketika ada
pelajaran menulis. Mereka juga menilai guru mereka kurang kreatif dalam
menyampaikan materi, sehingga saat pembelajaran tidak bisa menumbuhkan
motivasi dan minat mereka. Selain itu, siswa juga mengeluhkan tidak
adanya penghargaan lebih terhadap karya mereka.
Rendahnya
kemampuan menulis siswa (baik dari proses maupun hasil) menunjukkan
adanya ketidakberhasilan di dalam pembelajaran menulis. Kesulitan siswa
melakukan aktivitas menulis di sekolah maupun kekurangtepatan guru
memilih strategi pembelajaran menulis menjadi faktor penyebab
ketidakberhasilan sekolah menjadikan menulis sebagai suatu
budaya/tradisi baik bagi siswa ataupun guru tersebut. Hal ini
memungkinkan pelajaran menulis menjadi kegiatan yang membosankan bagi
siswa.
Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama bidang
keterampilan seperti menulis, sudah selayaknyalah diperlukan sebuah
teknik atau cara pengajaran yang lebih memudahkan siswa dalam melewati
proses kreatif, yaitu dari mulai menemukan ide sampai menuangkannya.
Usia anak SMP amerupakan usia transisi menuju dewasa. Sebagaimana yang
dinyatakan Hoover (1964: 29) bahwa adolescent is seen as a dynamic
individual caught in all the stresses and strains of transitions from
childhood to a young adult. Selain itu, karakteristik dari remaja pada
umumnya adalah mereka senang berkelompok dengan teman sebayanya. Hal ini
dikemukakan oleh Warkitri (2002: 49) bahwa hampir setiap remaja
memiliki teman-teman sebaya dalam bentuk kelompok. Berangkat dari hal
tersebut peneliti menetapkan sebuah teknik pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan psikologi siswa remaja yaitu Metode Cooperative
Learning dengan tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Menurut
Slavin (2008: 10) siswa yang bekerjasama dalam belajar dan bertanggung
jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama
baiknya. Dalam hal ini penerapan pembelajaran kooperatif dilaksanakan,
atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
konsep-konsep itu dengan temannya. Sementara itu Student Teams
Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode yang sangat
mengutamakan kerja sama yang baik di dalam tim. Sebagaimana yang
tertuang dalam Slavin (2008: 144) bahwa tim adalah fitur yang paling
penting dalam STAD. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan
penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk
mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk
melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting,
berharga, dan menyenangkan.
Penelitian tentang peningkatan
keterampilan menulis teks berita dengan metode Student Teams Achievement
Divisions (STAD) belum pernah diteliti oleh orang lain di SMP X. Selain
itu, pembelajaran menulis teks berita yang berlangsung di SMP X hanya
berkisar tentang pemberian materi dan tugas menulis teks berita dengan
penugasan pekerjaan rumah. Guru tidak menerapkan sebuah teknik ataupun
media yang bisa digunakan agar anak lebih tertarik dan tertantang. Atas
dasar itu, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap
permasalahanyang dihadapi di kelas VIII B SMP X. Penelitian ini
diharapakan bisa membawa dampak positif bagi guru dan siswa dalam rangka
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis teks berita
di sekolah tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis teks berita siswa?
2. apakah metode
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis teks berita
siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks berita siswa
melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD).
2. meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menulis teks berita siswa melalui penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
D. Indikator Keberhasilan
Untuk
mengukur ketercapaian tujuan tersebut dirumuskan indikator-indikator
keberhasilan tindakan baik proses maupun hasil sebagai berikut.
** tabel sengaja tidak ditampilkan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian
ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pembelajaran bahasa
yang berkaitan dengan teori keterampilan menulis, khususnya keterampilan
menulis teks berita. Lebih lanjut dikaitkan dengan metode pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Dapat
melakukan aktivitas menulis dengan lebih mudah dan menyenangkan, karena
siswa merasa terbantu dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang mengutamakan kerja
kelompok. Akan tetapi tanggung jawab individupun tetap menjadi
prioritas.
b. Bagi guru
Dapat mengembangkan pembelajaran
menulis dengan berorientasi pada proses dan bukan hanya hasil, serta
secara kreatif dan inovatif menggunakan cara yang lebih bisa memudahkan
siswanya dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Sekolah
bisa mendapatkan masukan strategi dan cara yang bagus tentang sistem
pembelajaran, terutama pembelajaran menulis, sehingga sekolah bisa
menerapkan cara yang efektif dan inovatif dalam sistem pembelajarnnya,
sekaligus dapat dijadikan acuan dalam menemukan inovasi-inovasi baru
lainnya.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan memperoleh
pengalaman langsung tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), pada pembelajaran
menulis teks berita pada siswa SMP.
PENERAPAN REMEDIAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS II SDN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
Dipsotkan oleh :
MUHSYANUR,S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan
memperhatikan arah dan prioritas pendidikan nasional dinyatakan bahwa
penguasaan kemampuan membaca dikenal sebagai kunci pembuka untuk
memasuki dunia yang lebih luas dan penguasaan kemampuan membaca sejak
dini dipandang sebagai salah satu upaya peningkatan kemampuan membaca.
Melalui pembelajaran membaca yang baik akan dapat memacu penguasaan
kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak dapat
dioptimalkan.
Kemampuan membaca merupakan salah satu standar
kemampuan Bahasa dan Sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua
jenjang, termasuk di jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan
memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai (Depdiknas, 2003).
Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan
mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Dengan terbatasnya
kemampuan membaca siswa sangat mengganggu aktifitas belajar mengajar,
tidak hanya pada guru sendiri melainkan juga pada siswa. Kemampuan
membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri,
tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain (Depdikbud, 1991/1992).
Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan meningkatkan kemampuan
siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis.
Kemampuan membaca sebagai salah satu kemampuan berbahasa tulis yang
bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi
secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa Indonesia,
khususnya pembelajaran membaca di SD menjadi sangat penting.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif
sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada
tahap-tahap selanjutnya. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan
bahasa tulis yang reseptif. Dengan membaca, seorang akan dapat
memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan pengalaman
baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang
mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya dan
memperluas wawasannya.
Kemampuan membaca harus segera dikuasai
oleh para siswa di SD karena kemampuan ini secara langsung berkaitan
dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa
dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah sangat
ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak
mampu membaca dengan lancar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap
dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran,
buku-buku penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain.
Akibatnya, kemajuan belajar juga lamban jika dibandingkan dengan
teman-temannya yang lancar dalam membaca.
Ketidakmampuan membaca
lancar ini juga dialami dan terjadi di kelas II SDN X terutama pada awal
semester II. Ini tercermin dari hasil tes kemampuan membaca secara
individual yang dilakukan guru. Dari 18 siswa, ada sebanyak 6 anak yang
belum lancar membaca sehingga materi bacaan yang dibaca harus dieja.
Materi yang seharusnya terselesaikan tidak dapat terselesaikan karena
harus diulang-ulang.
Selain harus mengeja kata demi kata
pengucapan lafal dan intonasi kalimat belum benar. Selain itu siswa
belum bisa memahami isi bacaan. Tuntutan dalam kurikulum KTSP kelas II
siswa harus dapat membaca teks atau kalimat dengan lafal dan intonasi
yang tepat dan dapat menceritakan isi bacaan. Standar kemampuan yang
tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dalam standar
isi pelajaran Bahasa Indonesia kelas II, khususnya aspek membaca
disebutkan bahwa siswa mampu membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan
memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat dan menyebutkan teks agak
panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati.
Sebagai bagian
dari standar kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, kemampuan membaca mempunyai peranan yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas hidup seseorang. Melalui kemampuan membaca tidak
hanya memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan
pengusaan berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan
berpartisipasi dalam kehidupan sosial-budaya, politik dan memenuhi
kebutuhan emosional. (Mulyono Abdurrahman, 2003: 200).
Pengajaran
membaca pada dasarnya memberi bekal pengetahuan kepada siswa untuk
menguasai teknik-teknik membaca yang baik dan benar. Betapa besar
manfaat membaca dalam rangka menambah pengetahuan siswa. Membaca juga
bermanfaat untuk rekreasi atau untuk memperoleh kesenangan. Oleh karena
itu guru perlu merancang pembelajaran membaca yang baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan.
Kebiasaan
membaca dapat dibiasakan sejak anak berada pada Sekolah Dasar atau
Madrasah Ibtidaiyah. Pembelajaran membaca pada siswa sekolah dasar
dimulai dari hal yang paling dasar yaitu kelancaran membaca. Salah satu
tujuan pengajaran membaca di sekolah dasar adalah agar siswa dapat
menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual
serta kematangan emosional dan sosial.
Walaupun pengajaran membaca
banyak dilatihkan tetapi kenyataan menunjukkan kemampuan membaca siswa
masih memprihatinkan. Masalah kesulitan membaca lancar ini merupakan
masalah yang perlu dicari penyebab dan cara pemecahannya.
Faktor-faktor
penyebab dari permasalahan rendahnya kemampuan membaca siswa antara
lain sebagai berikut: (1) Penguasaan gramatika Bahasa Indonesia yang
kurang (2) Sikap siswa terhadap Bahasa Indonesia masih kurang (3)
Rendahnya kemampuan kebahasaan para siswa (4) Kemandirian belajar siswa
(5) Status sosial siswa (6) Ketidakmampuan guru dalam memilih dan
menerapkan pendekatan yang kurang tepat (7) Penekanan bahan pengajaran
yang teortis (8) Kurangnya kegiatan praktis dalam meningkatkan kemampuan
membaca siswa (9)Sistem penilaian yang kurang tepat (10) Ketersediaan
waktu yang kurang memadai dan sebagainya.
Siswa berkesulitan
membaca lancar harus memperoleh perhatian yang cukup dari para guru dan
secepatnya harus segera ditangani. Kenyataan tersebut tidaklah mustahil
apabila ada siswa yang belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa belum tuntas dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.
Mengacu kenyataan di atas, maka untuk meningkatkan
kemampuan membaca lancar perlu kiranya guru memberikan program
pengajaran yang tepat, yaitu memberikan remedial teaching. Proses
remedial teaching merupakan salah satu bentuk pelayanan khusus karena
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik kesulitan belajar yang
dihadapi siswa. Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan
cara belajar, cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, penyembuhan
hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam remedial teaching yang
diperbaiki adalah keseluruhan proses belajar.
Dari uraian di atas,
penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul "Penerapan
Remidial Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Lancar Siswa
Kelas II SDN X Kabupaten X Tahun Pelajaran XXXX/XXXX ".
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
peneliti rumuskan masalah sebagai berikut : Apakah penerapan model
remedial teaching dapat meningkatkan kemampuan membaca lancar siswa
kelas II SDN X Kabupaten X ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca lancar
siswa kelas II SDN X Kabupaten X dengan menerapkan remedial teaching.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat :
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dalam meningkatkan kemampuan membaca lancar.
b. Dapat memberikan arah para guru dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan siswa.
c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca lancar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Penerapan
remedial teaching dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
kemampuan membaca lancar memungkinkan siswa melakukan aktivitas
pembelajaran melalui proses yang tepat dan memudahkan siswa memahami dan
mengikuti pelajaran berikutnya serta dapat meningkatkan prestasi
belajar Bahasa Indonesia.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini
dapat memberikan pengalaman langsung pada guru khususnya peneliti yang
terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang
lebih inovasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan menjadi acuan
dalam penerapan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang tepat dan
sesuai dalam mengatasi masalah pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Hasil
penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga
memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan remidial teaching dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia serta dapat menumbuhkan pembelajaran yang
aktif, efektif dan menyenangkan. Selain itu sebagai masukan untuk
program sekolah agar dapat membimbing dan mendidik siswa yang
berkesulitan belajar, disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik
kesulitan belajar yang dihadapi untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa.
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) BAGI SISWA KELAS VIII SMPN 2 PENRANG KABUPATEN WAJO (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
Dipostkan oleh ;
Mushsyanur, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan
perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu memberi dampak
pada lembaga pendidikan salah satunya, dimana lembaga pendidikan
dituntut untuk dapat menyelenggarakan proses pendidikan secara optimal
dan aktif sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
itu sendiri. Peningkatan kualitas dan mutu pendidikan yang baik
diharapkan mampu melahirkan lulusan-lulusan yang mempunyai daya saing
tinggi untuk menghadapi ketatnya tantangan dan persaingan di dunia
kerja. Oleh sebab itu, perbaikan-perbaikan yang membangun di bidang
pendidikan harus terus dilaksanakan guna mencapai kualitas dan mutu
pendidikan yang sesuai dengan harapan.
Upaya melakukan perbaikan
di bidang pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, salah satunya
yaitu guru. Sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Hamalik (1991: 44) yang
mengatakan bahwa "Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran
kepada para siswa". Guru harus dapat melakukan suatu inovasi yang
menyangkut tugasnya sebagai pendidik yang berkaitan dengan tugas
mengajar siswa. Inovasi-inovasi yang dilakukan guru dalam tugasnya
sebagai pendidik diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Mengingat bahwa guru juga memberi pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2008:17) bahwa
"Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat
ditunjukkan oleh peserta didiknya". Oleh karena itu perubahan-perubahan
berkaitan dengan tugas mengajar guru harus selalu ditingkatkan.
Salah
satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar
guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan
metode mengajarnya. Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau
teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa
untuk mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode
untuk menunjang proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Pemilihan metode mengajar ini juga perlu diperhatikan karena
tidak semua materi dapat diajarkan dengan hanya satu metode mengajar.
Guru hendaknya dapat memilih metode mengajar yang dianggap sesuai dengan
materi yang hendak diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran
khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat
berlangsung secara efektif, efisien dan tidak membosankan.
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk
kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib
untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37.
Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena merupakan
mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki
proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus
terus ditingkatkan.
Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau
dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin
diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru
PKn masih memakai metode konvensional atau tradisional. Metode
konvensional merupakan metode dimana guru memegang peranan utama dalam
menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada
siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan
mengajar berkurang dan hanya bergantung pada guru. Metode ini berkisar
pada pemberian ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Akibatnya
dalam mempelajari materi PKn siswa cenderung kurang semangat dan
dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Hal tersebut terjadi pula
di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X.
SMPN X terdiri dari
sembilan kelas, meliputi kelas VII A, B, dan C, kelas VIII A, B, dan C,
dan kelas IX A, B, dan C. Peneliti memfokuskan perhatian pada kelas VII,
yang terdiri dari tiga kelas. Permasalahan yang akan diteliti, peneliti
temukan di kelas VII C SMPN X. Kelas tersebut memiliki permasalahan
prestasi belajar rata-rata kelas pada mata pelajaran PKn yang rendah.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata PKn kelas VII C
semester gasal yaitu 58,2 dengan batas ketuntasan minimalnya (KKM) yaitu
70. Berdasar data tersebut siswa yang mampu mencapai nilai > 70
hanya 40%, sedangkan sisanya memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan
minimal tersebut. Data ini peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara
dengan guru PKn di SMP tersebut. Rendahnya prestasi belajar siswa
tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya semangat siswa dalam
belajar PKn, tidak semua siswa mempunyai buku pegangan atau buku paket
PKn, dan metode mengajar guru yang masih berkisar pada ceramah, tanya
jawab serta penugasan.
Berdasarkan sebab-sebab tersebut peneliti
memfokuskan pada metode mengajar guru yang masih bersifat konvensional.
Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru berkaitan dengan
pengembangan metode mengajar agar tidak terpaku pada metode mengajar
konvensional adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno
(2008:17) yaitu dengan "Mengubah dari sekedar metode ceramah dengan
berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran,
memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan
puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru,
atau baru belajar kalau ada guru". Oleh karena itu metode konvensional
dalam pengajaran PKn harus diubah. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak
lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran PKn. Sebaliknya dengan
metode baru siswa diharapkan lebih aktif tidak lagi hanya sekedar
menerima informasi atau diceramahi guru, tetapi bisa memberikan
informasi kepada teman-temannya.
Salah satu metode mengajar yang
dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan di atas dan
mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan tidak membosankan
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memberikan kepada
siswa waktu untuk berpikir, menjawab, merespon dan membantu satu sama
lain. Muslimin dalam Ghiffard
(XXXX,http://ghiffard.multiply.com/journal/item/1/skripsi_koe_bab_II)
mengatakan bahwa "Langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu
berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)".
Melalui metode ini penyajian bahan ajar tidak lagi membosankan karena
siswa diberikan waktu untuk berdiskusi menyelesaikan suatu masalah atau
soal bersama dengan pasangannya sehingga baik siswa yang pandai maupun
siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas
belajar ini. Jadi selama proses belajar mengajar diharapkan semua siswa
aktif karena pada akhirnya nanti masing-masing siswa secara berpasangan
harus membagikan hasil diskusinya di depan kelas kepada teman-teman
lainnya. Metode Think-P air-Share (TPS) dikembangkan untuk meningkatkan
penguasaan isi akademis siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini
seperti dinyatakan oleh Richard I. Arends (1997:122) bahwa
"Think-pair-share and Numbered heads together, described here, are two
examples of structures teachers can use to teach academic content or to
check on student understanding of particular content ”. Peningkatan
penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan
tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa
diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan
guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk
bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama
menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir
melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil
diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode Think-P
air-Share (TPS) ini penguasaan isi akademis siswa terhadap materi
pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti
dengan mengadakan tes kemampuan awal dan wawancara dengan guru PKn kelas
VII, maka penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII C SMPN X.
Oleh
karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peneliti bermaksud
mencobakan metode Think-Pair-Share (TPS) bagi kelas VII C SMPN X. Metode
ini diterapkan agar dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn tidak
lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan
siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran.
Berdasarkan
uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan
judul "Upaya Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode
Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Bagi Siswa Kelas VII C SMPN X Tahun
Ajaran XXXX/XXXX".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1.
Guru masih memakai metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran,
padahal ada beberapa kompetensi dasar di mana metode tersebut kurang
tepat untuk diterapkan.
2. Siswa kurang aktif mengikuti proses
belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan siswa lain.
3. Prestasi belajar rata-rata kelas yang rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta
identifikasi masalah di atas, maka permasalahan difokuskan pada
prestasi rata-rata kelas VII C pada mata pelajaran PKn yang rendah,
salah satunya disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang masih
bersifat konvensional. Untuk mengatasinya akan dicobakan metode
pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
"Apakah
melalui metode Think-Pair-Share (TPS), dapat meningkatkan prestasi
belajar PKn pada siswa kelas VII C SMPN X tahun ajaran XXXX/XXXX?"
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: "Untuk mengetahui penggunaan
metode pembelajaran Think-P air-Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi
belajar PKn pada siswa kelas VII C SMPN X tahun ajaran XXXX/XXXX".
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang
bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan metode
Think-Pair-Share (TPS) terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan,
dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan
permasalahan sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa memperoleh kemudahan dalam mempelajari materi PKn yang sifatnya teoritis.
2) Melalui metode ini siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan pelajaran PKn.
3)
Siswa diharapkan mempunyai semangat yang tinggi dalam mempelajari PKn
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang
bersangkutan.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan bagi guru di
bidang studi PKn dalam menentukan metode mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuan tiap kelas, pada mata pelajaran yang bersangkutan,
dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswanya.
2) Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran PKn.
c. Bagi Peneliti
1) Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama belajar di bangku perkuliahan.
2)
Sebagai bekal bagi peneliti kelak ketika menjadi guru supaya
memperhatikan metode mengajar yang tepat khususnya metode
Think-Pair-Share (TPS).
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME ASSISTED LEARNING DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA) SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN DAARUL MU'MININ KABUPATEN WAJO
Dipostkan oleh : MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan komunikasi tertulis saat
ini secara umum dapat dikatakan mengalami gejala penurunan. Hal ini
disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi seperti teknologi telepon
seluler dan semakin berkembangnya internet hingga ke daerah-daerah
pedesaan. Karena itu pulalah perusahaan jasa seperti kantor pos juga
mulai mengalami penurunan pendapatan. Kemudahan komunikasi dengan adanya
teknologi komunikasi yang modern menyebabkan orang lebih memilih untuk
berkomunikasi secara langsung melalui sarana telepon. Selain dapat
dikatakan secara lebih jelas, pembicaraan secara langsung melalui
pesawat telepon dapat dilakukan secara timbal balik. Pembicaraan yang
dilakukan secara langsung memungkinkan bila ada keinginan dari
komunikator yang belum dapat dipahami oleh komunikan, akan dapat
ditanyakan secara langsung. Dengan demikian, komunikasi melalui telepon
dilakukan secara dialog.
Perkembangan teknologi komunikasi
ternyata masih belum mampu menggeser penuh kegiatan komunikasi secara
tertulis. Salah satunya adalah di lembaga pemerintahan. Lembaga
pemerintah merupakan lembaga resmi atau sering disebut dengan lembaga
formal, dalam kegiatannya masih menggunakan sarana komunikasi yang
memiliki kekuatan hukum. Hal ini tentu sangat logis karena kegiatan
lembaga pemerintah harus memiliki landasan yang kuat. Perlunya landasan
yang kuat tersebut karena adanya tuntutan laporan pertanggung jawaban
terhadap segala apa yang dilakukan oleh lembaga pemerintah. Termasuk
pula dalam kegiatan komunikasi, baik antara individu dengan lembaga atau
sebaliknya. Karena itulah maka kegiatan komunikasi secara tertulis
tidak dapat ditinggalkan di lembaga pemerintahan.
Kegiatan
komunikasi secara tertulis, apalagi komunikasi secara formal, memiliki
etika dan aturan tersendiri. Karena itu, para pelaku komunikasi dalam
kegiatan di lembaga pemerintah secara formal harus dapat mengikuti
aturan yang ada. Kegiatan komunikasi secara formal di lembaga
pemerintahan tidak dapat dilakukan sekehendak para pelaku komunikasi.
Karena itu, para pelaku komunikasi dalam kegiatan komunikasi secara
formal harus mempelajari aturan-aturan yang berlaku dalam komunikasi
secara tertulis.
Salah satu pelajaran yang berkaitan dengan
kegiatan komunikasi adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa sebagai
alat komunikasi perlu dipelajari sejak dini agar dalam kehidupannya,
seseorang dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain dengan
benar. Mengkomunikasikan gagasan dengan benar dapat menghindari salah
pengertian yang dapat menyebabkan kesenjangan antar individu. Karena
itulah, di sekolah dasar sudah diajarkan tentang komunikasi secara
tertulis yang merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia. Pada
jenjang sekolah dasar, materi komunikasi secara tertulis termasuk bagian
dari kurikulum sekolah dasar kelas VI pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Masuknya materi komunikasi pada jenjang sekolah dasar dimaksudkan agar
siswa sejak dini mengenal cara komunikasi tertulis. Dengan pembekalan
komunikasi sejak dini diharapkan siswa sudah mahir berkomunikasi ketika
memasuki masa usia kerja.
Penggunaan komunikasi tertulis, terutama
secara resmi masih dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi.
Komunikasi tertulis tersebut dalam bentuk surat menyurat atau
koresmpondensi. Selain fungsinya sebagai alat komunikasi, lembaga-atau
organisasi menggunakan surat sebagai alat komunikasi juga digunakan
sebagai alat dokumentasi. Dengan adanya surat yang dikomuntasikan, maka
kegiatan organisasi dapat terpantau dengan baik. Apalagi bila
berhubungan dengan organisasi lain, maka dokumentasi surat dapat
dipergunakan sebagai alat bukti bahwa telah melakukan kegiatan
komunikasi seperti transaksi, janji, atau penyerahan wewenang atau
kekuasaan. Dengan demikian, urgensi surat resmi saat ini masih sangat
penting dan diperlukan, meskipun perkembangan teknologi komunikasi sudah
jauh lebih maju dan cepat.
Pembelajaran surat resmi di sekolah
dasar termasuk bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran
surat resmi tersebut dimaksudkan agar sejak dini siswa sudah mengenal
surat resmi. Pembelajaran surat menyurat bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Dengan keterampilan
menulis surat resmi, maka siswa dapat melakukan komunikasi tertulis
dengan sebuah lembaga atau instansi baik negeri maupun swasta.
Sekolah
Dasar Negeri X merupakan salah satu sekolah dasar yang telah
membelajarkan tentang surat menyurat pada pelajaran Bahasa Indonesia
pada siswanya yang duduk di kelas VI. Selain untuk memenuhi tuntutan
kurikulum, Sekolah Dasar Negeri X ingin membekali siswanya tentang
komunikasi, baik komunikasi tertulis maupun lisan. Namun pada kelas VI
tahun pelajaran XXXX/XXXX hasil pembelajaran menulis surat belum
menunjukkan keberhasilan.
Banyak siswa yang masih belum mampu
mencapai nilai batas minimal yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 70.
Hal ini dapat dilihat dari hasil tes terhadap siswa Adanya fenomena
tersebut tentunya perlu sekali diambil tindakan perbaikan agar siswa
mampu menguasai pemahaman pada materi komunikasi tertulis dalam bentuk
surat resmi. Kemampuan menulis surat resmi sangat diperlukan oleh siswa
karena hampir semua orang akan berhubungan dengan pemerintah. Sehingga
bila sewaktu-waktu memiliki keperluan dengan pemerintah dalam bentuk
surat, maka ia akan dapat menulis surat secara resmi.
Sehubungan
dengan hasil belajar menulis surat resmi yang belum mencapai batas
minimal tersebut, maka diperlukan tindakan perbaikan agar hasil belajar
siswa dapat meningkat dan memenuhi batas minimal yang telah ditentukan.
Untuk itu diperlukan tindakan kelas dengan pembelajaran yang berbeda.
Sesuai dengan hasil pengamatan, maka tindakan kelas dilakukan melalui
tindakan kelas dengan pendekatan konstruktivisme. Pendekatan
konstruktivisme pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis
konstruktivisme assisted learning. Dengan pendekatan konstruktivisme
assisted learning diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman dari
teman-temannya, orang yang lebih dewasa dan berpengalaman, serta
lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah penerapan pendekatan konstruktivisme assisted learning dalam
pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
menulis surat resmi siswa kelas VI SD Negeri X?
2. Apakah
penerapan pendekatan konstruktivisme assisted learning dapat
meningkatkan keterampilan menulis surat resmi pada siswa kelas VI SD
Negeri X?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran menulis surat resmi melalui
pendekatan konstruktivisme assisted learning siswa kelas VI SD Negeri X.
2.
Meningkatkan keterampilan menulis surat resmi dengan pendekatan
konstruktivisme assisted learning pada siswa kelas VI SD Negeri X.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
bagi pembaca, terutama bagi guru sehingga dapat meningkatkan
kreativitas guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
b. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi
peneliti yang akan datang dengan melakukan penelitian tindakan kelas
dengan pendekatan yang sama pada mata pelajaran yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, yaitu:
1) partisipasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar meningkat.
2) Keterampilan menulis surat resmi siswa meningkat.
b. Bagi guru
Hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru sehingga dapat menerapkan
pendekatan konstruktivisme assisted learning, meningkatkan kemampuan
guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, meningkatkan kemampuan
guru dalam memberi penguatan, meningkatkan kemampuan guru dalam
menggunakan metode pembelajaran, dan meningkatkan guru dalam mengadakan
penelitian tindakan kelas.
c. Bagi sekolah
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN SISWA KELAS I MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan
modern yang ditandai dengan pesatnya laju informasi dan ilmu
pengetahuan serta teknologi menuntut setiap orang memiliki kecepatan dan
ketepatan yang tinggi. Kecepatan dan ketepatan dalam menafsirkan dan
menyerap informasi baik secara lisan maupun tulisan. Penafsiran dan
penyerapan informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca,
selanjutnya agar mudah mengingatnya melalui cara menulis.
Pengajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki arti dan peranan penting
bagi siswa, karena merupakan awal mula diletakkannya landasan kemampuan
berbahasa Indonesia. Hal ini bertambah pentingnya mengingat sebagian
besar peserta didik yang memasuki Sekolah Dasar hampir tidak memiliki
latar belakang berbahasa Indonesia (Depdikbud 1995: 1).
Kegiatan
membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang unik dan rumit,
sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa
mempelajarinya. Bagi sebagian orang kegiatan membaca dan menulis
merupakan kegiatan yang bermanfaat. Kemampuam membaca dan menulis
merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Maka
daripada itu, anak harus belajar membaca dengan benar. Membaca dengan
benar perlu menguasai teknik belajar membaca, yaitu dengan sikap duduk
yang benar, dan letak buku bacaan yang lurus dengan pinggir meja, serta
dengan jarak mata dan buku yang sesuai antara 25-30 cm. (Depdiknas,1995:
22).
Demikian juga kemampuan menulis, tanpa memiliki kemampuan
siswa akan mengalami kesulitan dalam menyalin, mencatat, dan
menyelesaikan tugas sekolah. Mengingat pentingnya kedua kemampuan dan
keterampilan tersebut dalam kehidupan, maka membaca menulis permulaan
perlu diajarkan di lingkungan sekolah mulai kelas I Sekolah Dasar .
Kegiatan
membaca dan menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa
yang dikuasai setelah kemampuan menyimak dan berbicara. Dibandingkan
dengan kedua kegiatan tersebut, keterampilan membaca dan menulis jauh
lebih sulit menguasainya. Hal ini disebabkan kemampuan membaca dan
menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan non
kebahasaan.
Mengingat sulitnya menguasai kedua keterampilan
tersebut, maka seorang guru atau pengajar harus memiliki penguasaan
strategi pembelajaran yang baik dan tepat. Membelajarkan kegiatan
membaca dan menulis memang tidak mudah. Sering dijumpai berbagai
kesulitan sehingga perlu adanya pemilihan teknik yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengajaran
membaca dan menulis diberikan dengan sederhana mulai kelas I Sekolah
Dasar. Pengajaran ini dikenal dengan Membaca Menulis Permulaan dengan
"Tujuan memperkenalkan cara membaca dan menulis dengan teknik-teknik
tertentu sampai dengan anak mampu mengungkapkan gagasan dalam bentuk
tulisan, dengan kata lain kalimat sederhana ". (Henry Guntur Tarigan,
1977: 20).
Kemampuan membaca siswa yang diperoleh pada tahap
membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan lanjut di
kelas yang lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan
berikutnya. Pada tahapan ini siswa harus benar-benar mendapat perhatian
guru, jika dasar itu tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa
akan mengalami kesulitan untuk mempelajari bidang lainnya.
Sementara
itu kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang
bersifat produktif, artinya dengan kemampuan membaca menulis siswa dapat
menghasilkan suatu karya dalam bentuk tulisan. Banyak hal yang terlibat
pada saat seseorang menulis. Berpikir secara teratur dan logis, mampu
mengungkapkan gagasan secara jelas, serta mampu menggunakan bahasa
secara efektif dan menerapkan kaidah dalam menulis. Sebelum dapat
mencapai tingkat kemampuan menulis tersebut siswa harus mulai belajar
mengenal lambang-lambang bunyi. Mengingat pentingnya kemampuan membaca
dan menulis, maka dalam proses pembelajaran di sekolah guru hendaknya
merencanakan segala sesuatunya baik materi, metode dan alat
pembelajarannya.
Keluhan tentang kekurangterampilan siswa dalam
membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar pada kelas I dalam
pelajaran Bahasa Indonesia saat ini masih sering dirasakan, dalam
kenyataan masih ada keluhan guru di Sekolah Dasar mengenai membaca,
karena masih ada siswa kelas II, III, dan IV yang belum bisa membaca
dengan baik. Faktor- faktor yang menyebabkan siswa tersebut belum bisa
membaca dan menulis antara lain: lingkungan keluarga yang tidak
kondusif, motivasi siswa dalam membaca permulaan masih rendah, serta
penerapan metode dan strategi pengajaran membaca dan menulis permulaan
yang kurang tepat.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca
dan menulis siswa Sekolah Dasar dapat diajarkan dengan baik serta
diperoleh hasil yang maksimal, maka guru memerlukan suatu strategi yang
efektif dan efisien yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar. Hal ini
senada pendapat Nana Sudjana (1989: 24) yang mengungkapkan bahwa untuk
mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam kegiatan belajar
mengajar, guru dapat memilih strategi yang disesuaikan dengan kondisi
siswa kelas I SD. Kondisi siswa kelas I SD berbeda dengan kondisi siswa
kelas yang lebih tinggi. Siswa kelas I SD sangat peka dan menurut apa
yang diajarkan gurunya.
Siswa kelas I SD menganggap guru sebagai
idolanya. Apa yang diajarkan guru akan dicontoh pada proses belajarnya.
Guru harus dapat memberi contoh belajar yang mudah diikuti oleh siswa,
sehingga siswa mampu mencapai tujuan akhir pembelajaran.
Seperti
yang diamanatkan dalam UU No 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik (Pasal1). Ditegaskan pula bahwa guru sebagai agen pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).
Mengacu
pada isi UU No. 14 Tahun 2005 di atas sangat jelas bahwa guru merupakan
komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Guru, menurut Sarwiji
Suwandi (2003a, 2003d,2004), merupakan variabel determinan bagi
keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Barangkali Anda bersetuju
bahwa siswa- siswa yang berprestasi pada umumnya memiliki akses untuk
berkembang dengan lebih baik di bawah bimbingan guru-guru yang
profesional serta memiliki kemampuan intelaktual dan kreativitas tinggi.
Faktor
penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar salah
satunya adalah guru. Maka seorang guru harus memahami kurikulum secara
komprehensif mulai dari konsep teori sampai dengan implementasinya di
dalam kelas. Namun dalam pelaksanaan di lapangan tidak jarang ditemukan
masalah- masalah, dan kegagalan dalam pembelajaran. Pembelajaran kurang
berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai yang diperoleh siswa tidak
memuaskan. Hal ini bila dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam membaca
dan menulis permulaan dengan standar kompetensi di kelas I Sekolah Dasar
masih rendah. Hal itu juga terjadi di Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X
kemampuan membaca dan menulis masih rendah.
Salah satu cara untuk
mengatasi hal itu, guru harus dapat melakukan terapi dengan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). "Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat" (Wardani, 2000: 14).
Sementara itu, menurut
Rohman Natawidjaya (1997), karakteristik penelitian tindakan sebagai
berikut: a) merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang
dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan,
b) diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau
faktor- faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana
penelitian, c) terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru
di kelas, d) bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan), e) banyak
mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku
serta refleksi peneliti, f) menyerupai "Penelitian Eksperimental",
namun tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel, dan g)
bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi
kasus.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Rochman
Natawidjaya (1977) adalah: a) untuk menanggulangi masalah atau kesulitan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga
kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan
pengembangan materi pengajaran, b) untuk memberikan pedoman bagi guru
atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan
meningkatkan mutu kinerja atau mengubah system kerjanya agar menjadi
lebih baik dan produktif, c) untuk melaksanakan program latihan,
terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi
palatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati
dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut, d) untuk memasukkan
unsur - unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan
dan sulit untuk ditembus oleh pembaruan pada umumnya, e) untuk
membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi
(guru) dengan para peneliti akademis, dan f) untuk perbaikan suasana
keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi
pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan
dengan pihak sekolah.
Bertolak dari pendapat di atas, maka seorang
guru dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas itu sendiri secara
sadar, dan terencana dengan baik. Dengan penelitian tindakan kelas
kualitas mengajar lebih baik, dapat meningkatkan kualitas pelayanan
dalam belajar mengajar, sehingga kinerja guru dan siswa dapat meningkat
pula. Selain itu guru akan terdorong semakin professional. Hal ini akan
menyebabkan guru terus merefleksi proses belajar mengajarnya, kemudian
melakukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki dan mengevaluasi atas
kinerjanya sendiri.
Hal ini senada dengan pendapat Imam dkk.
(2004) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat menjembatani
kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Guru akan memperoleh
balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran.
Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori belajar
mengajar dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Guru dapat
mengadaptasi atau mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar
pembelajaran efektif, efisien, fungsional dan optimal.
Dalam
penelitian ini ditawarkan salah satu alternatif tindakan dalam
pembelajaran membaca menulis permualan di kelas I SD Negeri X, Kecamatan
X, yaitu pembelajaran terpadu. Seperti diungkapkan oleh Tim
Pengembangan PGSD (1997: 3) "Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individu maupun kelompok
aktif mencari menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna, dan otentik. Guru diharapkan dapat menerapkan
pembelajaran terpadu yang holistik, aktif, otentik, dan bermakna dengan
pengembangan tema secara terpadu, sehingga terjadi proses pembelajaran
otentik, mengenai proses maupun isi untuk semua materi pelajaran,
khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai membaca menulis
permulaan.
Guru diharapkan dapat merancang kegiatan pembelajaran,
agar siswa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan baru sehingga
hasil pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Untuk
menerapkan alternatif melalui pembelajaran terpadu ini, peneliti akan
mengadakan kolaborasi dengan guru dan siswa kelas I SD agar dapat
memusatkan perhatian dalam pengamatan secara cermat sehingga mendapatkan
hasil yang maksimal.
Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa melalui pembelajaran terpadu, guru lebih kreatif melakukan
inovasi pada materi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan siswa sebagai sumber belajar. Siswa merasa terbantu dalam
berlatih, berpikir, dan bernalar karena mereka belajar melalui
pengalaman yang nyata. Siswa bebas bertanya, agar dapat mengubah sikap
siswa yang tadinya diam dan pasif menjadi bersemangat dan berani
mengemukakan pendapat.
Pelajaran membaca dan menulis sebagai dasar
untuk memperoleh ilmu pengetahuan, maka perlu diupayakan suatu
alternatif strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, Khususnya dalam
pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar. Dalam hal ini guru
dapat menerapkan bermacam- macam pembelajaran sesuai dengan kemampuan
dan kesiapan guru serta siswa itu sendiri, dengan memperhatikan siswa
sebagai subjek dan objek dalam proses belajar yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
diuraikan diatas, agar hasil penelitian ini mendalam dan terfokus maka
dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah dengan penerapan pembelajaran terpadu dapat meningkatkan
kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X
Kecamatan X ?
2. Apa sajakah masalah yang muncul dalam penerapan
pembelajaran terpadu pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa
kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat peneliti sampaikan tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.
2.
Untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang timbul dalam pembelajaran
terpadu, pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas I
Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.
D. Manfaat Penelitian
Setelah
penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat secara teoretis dan secara praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah :
a.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan salah satu
teori pembelajaran membaca menulis yang menunjang mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.
b. Memperkaya khazanah
teori/keilmuan yang terkait dengan proses pembelajaran membaca menulis
permulaan dengan penerapan pembelajaran terpadu.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah :
a. Siswa
Untuk
menambah pemahaman mereka bahwa dengan penerapan pembelajaran terpadu
akan membantu kemampuan membaca menulis permulaan serta memberikan
motivasi belajar.
b. Guru
Untuk mengembangkan kemampuan
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca menulis permulaan
yang benar- benar efektif dengan jalan penerapan pembelajaran terpadu,
serta menambah pengalaman guru untuk melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
c. Sekolah
Untuk memberi gambaran tentang
kompetensi guru dalam mengajar, dan kompetensi siswa dalam membaca
menulis permulaan, sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran dapat ditingkatkan.
d. Peneliti
Untuk menambah
pemahaman wawasan keilmuan dan penelitian guna merancang penelitian
lebih lanjut dengan desain penelitian dan fokus masalah yang berbeda.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN MEDIA GAMBAR (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari
sangat memegang peranan penting terutama dalam pengungkapan pikiran
seseorang. Konsep, pikiran dan angan-angan seseorang diungkapkan melalui
bahasa baik, lisan maupun tertulis.
Bahasa memiliki peran yang
sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
bidang studi.
Membaca dan menulis sebagai salah satu aspek
keterampilan berbahasa diajarkan di sekolah dengan tujuan agar para
siswa dapat mengerti maksud yang terkandung dalam bacaan sehingga dapat
memahami isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut St. Y. Slamet
(2008: 57) bahwa Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) merupakan dua aspek
kemampuan berbahasa yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Pada
waktu guru mengenalkan menulis, tentu anak-anak akan membaca tulisannya.
Menulis sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa wajib dikuasai
oleh siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Djago Tarigan
dan Henry guntur Tarigan (1997:20) bahwa pengajaran Membaca dan Menulis
Permulaan (MMP) dengan tujuan memperkenalkan cara membaca dan menulis
dengan teknik-teknik tertentu sampai dengan anak mampu mengungkapkan
gagasan dalam bentuk tulisan, dengan kata lain kalimat sederhana.
Kegiatan
membaca dan menulis merupakan kegiatan yang unik dan rumit, sehingga
seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya,
terutama anak usia sekolah dasar yang baru mengenal huruf atau
kata-kata.Kemampuan membaca merupakan dasar bagi anak untuk menguasai
berbagai bidang studi. Lebih lanjut, dijelaskan oleh J.W. Lerner (1998:
349) anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan
membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari
berbagai bidang studi di kelas berikut. Oleh karena itu, anak harus
belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.
Dengan
keterampilan membaca dan menulis, seseorang dapat mengerti berbagai
macam informasi yang terkandung dalam tulisan secara benar. Keterampilan
membaca yang baik dapat dikuasai melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia dan berlatih secara teratur. Untuk itu diperlukan rencana
pembelajaran yang matang yang disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ditegaskan bahwa siswa sekolah dasar perlu belajar bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca maupun menulis, sehingga
siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis. Keterampilan membaca permulaan ditekankan pada membaca
nyaring suku kata dan kata serta melafalkan kalimat sederhana dengan
lafal dan intonasi yang tepat.
Sedangkan dalam keterampilan
menulis permulaan ditekankan pada menjiplak, menebalkan, mencontoh,
melengkapi, dan menyalin serta dikte. Dalam keterampilan membaca yang
baik, di dalamnya perlu dikemukakan secara jelas kompetensi apa yang
harus dicapai, kompetensi yang dimiliki siswa, indikator-indikator serta
pengalaman belajar apa yang harus benar-benar dilatihkan dan dialami
oleh siswa.
Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk memberi
bekal pengetahuan membaca serta pelatihan membaca, namun kenyataan
menunjukkan bahwa sampai sekarang ini kemampuan membaca dan menulis
permulaan di kalangan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X masih jauh
dari harapan. Berdasarkan wawancara dengan guru, pembelajaran kurang
berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai yang dicapai oleh siswa
dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam hal membaca dan
menulis kurang memuaskan. Hal ini banyak ditemukan pada siswa kelas I
Sekolah Dasar Negeri X yang belum dapat membaca dan menulis dengan baik,
sehingga banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa
dalam mempelajari berbagai bidang studi yang lain.
Beberapa faktor
yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam membaca dan menulis adalah:
(1) siswa kurang latihan; (2) kemampuan guru yang kurang dalam
menggunakan media pembelajaran; (3) sistem kegiatan belajar mengajar
yang monoton dan kurang menarik, sehingga siswa bosan.
Pembelajaran
membaca dan menulis kelas I SDN X bersifat konvensional, belum
menerapkan pembelajaran yang inovatif, dimana siswa belum berperan aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran masih berpusat pada guru
(central teaching), selain itu guru belum memanfaatkan media
pembelajaran secara maksimal terutama penggunaan media gambar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam penelitian ini peneliti ingin
menyampaikan salah satu alternatif tindakan dalam rangka meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis permulaan dengan media gambar bagi siswa
kelas I pada Sekolah Dasar Negeri X. Metode pengajaran dengan
menggunakan media gambar merupakan salah satu strategi dalam proses
pembelajaran. Dengan menggunakan media gambar ini diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan bagi siswa.
Penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran perlu dibahas
mengingat sebagian besar siswa kelas I pada Sekolah Dasar Negeri X masih
rendah kemampuannya dalam membaca dan menulis.
Media gambar yang
digunakan dalam penelitian ini dapat berupa potret, kartu pos, ilustrasi
dari buku, dan gambar cetak sesuai dengan tema dalam bacaan. Sedangkan
gambar yang digunakan meliputi gambar: orang, binatang, tumbuh-tumbuhan,
peristiwa, dan alam sekitar yang sering di kenal oleh siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana penerapan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan
menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca dan
menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X ?
2. Apakah
Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X
Kecamatan X ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan umum
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca dan
menulis permulaan dan motivasi belajar pada siswa kelas I SDN X
Kecamatan X melalui pembelajaran dengan media gambar.
2. Tujuan Khusus Penelitian
Secara khusus, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X.
b.
Mengetahui dampak penggunaan media gambar bagi peningkatan kemampuan
membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I SDN X Kecamatan X.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara
teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
memperkaya khazanah keilmuan yang terkait dengan proses pembelajaran
membaca dan menulis permulaan secara efektif dengan menggunakan media
gambar.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi Siswa
Hasil
penelitian ini bermanfaat untuk menambah kemampuan membaca dan menulis
siswa dengan menggunakan media gambar, sehingga kemampuan membaca dan
menulis dapat ditingkatkan.
b. Bagi Guru Kelas
Hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan guru untuk mengembangkan kemampuan
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca dan menulis yang
benar-benar efektif dengan menggunakan media gambar, serta dapat
menambah pengalaman guru.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian
ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam
mengajar dan kompetensi siswa dalam mengembangkan kemampuan membaca dan
menulis, sehingga diharapkan kemampuan membaca dan menulis siswa dapat
ditingkatkan.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini
dapat dimanfaatkan oleh para peneliti lain untuk menambah pemahaman
wawasan keilmuan dan penelitian guna merancang penelitian lebih lanjut
dengan desain penelitian dan focus masalah yang berbeda.
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)
Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup
negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Departemen
Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan dan telah melakukan pembaharuan sistem
pendidikan. Usaha tersebut antara lain adalah penyempurnaan kurikulum,
perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas tenaga
pengajar.
Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru
memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Guru sebagai tenaga
profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai
teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan
metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa
berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang
menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, bahasa
yang memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1)
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,
(3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan
sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia(Permendiknas
No 22 Tahun 2006).
Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa
Indonesia, pengajarannya dilakukan sejak dini, yakni mulai dari sekolah
dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih
lanjut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Penguasaan
bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar kompetensi yang
meliputi, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan (menyimak).
Menulis
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar
yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis memerlukan
keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan, terus
menerus dan sungguh-sungguh (St.Y.Slamet, 2009:98). Pembelajaran
keterampilan menulis pada jenjang Sekolah Dasar merupakan landasan untuk
jenjang yang lebih tinggi nantinya. Siswa Sekolah Dasar diharapkan
dapat menyerap aspek-aspek dasar dari keterampilan menulis guna menjadi
bekal ke jenjang lebih tinggi. Pembelajaran ketrampilan menulis di
Sekolah Dasar berfungsi sebagai landasan untuk latihan keterampilan
menulis ke jenjang pembelajaran sekolah sesudahnya nanti. Dengan
banyaknya latihan pembelajaran menulis, diharapkan dapat membangun
keterampilan menulis siswa lebih meningkat lagi. Dengan keterampilan
menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat
mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Salah satu pembelajaran keterampilan
menulis yang perlu dipelajari siswa adalah ketrampilan menulis narasi.
Dalam pembelajaran menulis, diharapkan siswa tidak hanya dapat
mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan
kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan
ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca.
Di antaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan
yang utuh.
Beberapa keprihatinan akan ketidakmampuan siswa akan
keterampilan menulis tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada
siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri X. Nilai yang diperoleh siswa pada
kompetensi dasar menulis sebagian besar masih jauh dari nilai kriteria
ketuntasan minimal(KKM) yang ditargetkan yaitu 65. Dari tes pratindakan
yang dilakukan guru mengenai keterampilan menulis narasi baru 27 % siswa
yang memenuhi KKM, sedangkan 73% siswa belum memenuhi KKM. Berdasarkan
pengamatan dan hasil wawancara (Hasil wawancara prapenelitian dengan
guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri X, 10 Februari 2009) yang telah
dilakukan, masih banyak siswa yang masih belum bisa menulis narasi
dengan baik. Ada yang masih bingung bagaimana memulai untuk menulis,
tata bahasa yang campur, tidak sistematis, dan tidak ada kesesuaian
antara ide pokok dan kalimat utama atau pendukungnya.
Beberapa
faktor yang menjadi penyebab dari kesulitan siswa dalam menulis adalah
dari siswa sendiri di mana mereka jarang menulis, kurangnya motivasi
pada siswa, dan guru kurang memfasilitasi siswa dengan model
pembelajarannya. Bagaimanapun, guru sangat berperan penting dalam proses
belajar mengajar, memberi motivasi dan membangkitkan motivasi siswa
dalam pencapaian keterampilan menulis.
Dengan mempertimbangkan
masalah di atas maka penelitian ini menggunakan media gambar berseri
untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X Kabupaten X. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arif Sadiman (1996:31) yang menyatakan bahwa media gambar
sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah
jika dibandingkan dengan bahasa verbal, dapat mengatasi batasan ruang
dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, memperjelas
masalah bidang apa saja, harganya murah dan mudah didapat serta
digunakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam perumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan media gambar berseri dapat meningkatkan motivasi untuk menulis narasi siswa Kelas IV SDN X?
2. Apakah penggunaan media gambar berseri dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa Kelas IV SDN X?
C. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan:
1. motivasi menulis narasi dengan media gambar berseri siswa Kelas IV SDN X.
2. keterampilan menulis narasi dengan media gambar berseri siswa Kelas IV SDN X .
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Secara Teoretis
Dapat dijadikan acuan bagi guru dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa yang berkaitan dengan penulisan narasi.
2. Secara Praktis
a.
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan model pembelajaran guna
meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya yang berkaitan dengan
penulisan narasi.
b. Penulisan ini juga diharapkan dapat dijadikan
acuan oleh pengajar keterampilan berbahasa dalam menentukan model
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengajaran di kelas, khususnya
penulisan narasi.
c. Diharapkan dapat menggugah siswa dalam menulis narasi.
Langganan:
Postingan (Atom)