Dipostkan oleh ;
Mushsyanur, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan
perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu memberi dampak
pada lembaga pendidikan salah satunya, dimana lembaga pendidikan
dituntut untuk dapat menyelenggarakan proses pendidikan secara optimal
dan aktif sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
itu sendiri. Peningkatan kualitas dan mutu pendidikan yang baik
diharapkan mampu melahirkan lulusan-lulusan yang mempunyai daya saing
tinggi untuk menghadapi ketatnya tantangan dan persaingan di dunia
kerja. Oleh sebab itu, perbaikan-perbaikan yang membangun di bidang
pendidikan harus terus dilaksanakan guna mencapai kualitas dan mutu
pendidikan yang sesuai dengan harapan.
Upaya melakukan perbaikan
di bidang pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, salah satunya
yaitu guru. Sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Hamalik (1991: 44) yang
mengatakan bahwa "Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran
kepada para siswa". Guru harus dapat melakukan suatu inovasi yang
menyangkut tugasnya sebagai pendidik yang berkaitan dengan tugas
mengajar siswa. Inovasi-inovasi yang dilakukan guru dalam tugasnya
sebagai pendidik diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Mengingat bahwa guru juga memberi pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2008:17) bahwa
"Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat
ditunjukkan oleh peserta didiknya". Oleh karena itu perubahan-perubahan
berkaitan dengan tugas mengajar guru harus selalu ditingkatkan.
Salah
satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar
guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan
metode mengajarnya. Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau
teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa
untuk mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode
untuk menunjang proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Pemilihan metode mengajar ini juga perlu diperhatikan karena
tidak semua materi dapat diajarkan dengan hanya satu metode mengajar.
Guru hendaknya dapat memilih metode mengajar yang dianggap sesuai dengan
materi yang hendak diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran
khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat
berlangsung secara efektif, efisien dan tidak membosankan.
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk
kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib
untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37.
Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena merupakan
mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki
proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus
terus ditingkatkan.
Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau
dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin
diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru
PKn masih memakai metode konvensional atau tradisional. Metode
konvensional merupakan metode dimana guru memegang peranan utama dalam
menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada
siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan
mengajar berkurang dan hanya bergantung pada guru. Metode ini berkisar
pada pemberian ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Akibatnya
dalam mempelajari materi PKn siswa cenderung kurang semangat dan
dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Hal tersebut terjadi pula
di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) X.
SMPN X terdiri dari
sembilan kelas, meliputi kelas VII A, B, dan C, kelas VIII A, B, dan C,
dan kelas IX A, B, dan C. Peneliti memfokuskan perhatian pada kelas VII,
yang terdiri dari tiga kelas. Permasalahan yang akan diteliti, peneliti
temukan di kelas VII C SMPN X. Kelas tersebut memiliki permasalahan
prestasi belajar rata-rata kelas pada mata pelajaran PKn yang rendah.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata PKn kelas VII C
semester gasal yaitu 58,2 dengan batas ketuntasan minimalnya (KKM) yaitu
70. Berdasar data tersebut siswa yang mampu mencapai nilai > 70
hanya 40%, sedangkan sisanya memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan
minimal tersebut. Data ini peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara
dengan guru PKn di SMP tersebut. Rendahnya prestasi belajar siswa
tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya semangat siswa dalam
belajar PKn, tidak semua siswa mempunyai buku pegangan atau buku paket
PKn, dan metode mengajar guru yang masih berkisar pada ceramah, tanya
jawab serta penugasan.
Berdasarkan sebab-sebab tersebut peneliti
memfokuskan pada metode mengajar guru yang masih bersifat konvensional.
Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru berkaitan dengan
pengembangan metode mengajar agar tidak terpaku pada metode mengajar
konvensional adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno
(2008:17) yaitu dengan "Mengubah dari sekedar metode ceramah dengan
berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran,
memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan
puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru,
atau baru belajar kalau ada guru". Oleh karena itu metode konvensional
dalam pengajaran PKn harus diubah. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak
lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran PKn. Sebaliknya dengan
metode baru siswa diharapkan lebih aktif tidak lagi hanya sekedar
menerima informasi atau diceramahi guru, tetapi bisa memberikan
informasi kepada teman-temannya.
Salah satu metode mengajar yang
dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan di atas dan
mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan tidak membosankan
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memberikan kepada
siswa waktu untuk berpikir, menjawab, merespon dan membantu satu sama
lain. Muslimin dalam Ghiffard
(XXXX,http://ghiffard.multiply.com/journal/item/1/skripsi_koe_bab_II)
mengatakan bahwa "Langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu
berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)".
Melalui metode ini penyajian bahan ajar tidak lagi membosankan karena
siswa diberikan waktu untuk berdiskusi menyelesaikan suatu masalah atau
soal bersama dengan pasangannya sehingga baik siswa yang pandai maupun
siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas
belajar ini. Jadi selama proses belajar mengajar diharapkan semua siswa
aktif karena pada akhirnya nanti masing-masing siswa secara berpasangan
harus membagikan hasil diskusinya di depan kelas kepada teman-teman
lainnya. Metode Think-P air-Share (TPS) dikembangkan untuk meningkatkan
penguasaan isi akademis siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini
seperti dinyatakan oleh Richard I. Arends (1997:122) bahwa
"Think-pair-share and Numbered heads together, described here, are two
examples of structures teachers can use to teach academic content or to
check on student understanding of particular content ”. Peningkatan
penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan
tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa
diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan
guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk
bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama
menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir
melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil
diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode Think-P
air-Share (TPS) ini penguasaan isi akademis siswa terhadap materi
pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti
dengan mengadakan tes kemampuan awal dan wawancara dengan guru PKn kelas
VII, maka penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII C SMPN X.
Oleh
karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peneliti bermaksud
mencobakan metode Think-Pair-Share (TPS) bagi kelas VII C SMPN X. Metode
ini diterapkan agar dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn tidak
lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan
siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran.
Berdasarkan
uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan
judul "Upaya Peningkatan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode
Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Bagi Siswa Kelas VII C SMPN X Tahun
Ajaran XXXX/XXXX".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1.
Guru masih memakai metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran,
padahal ada beberapa kompetensi dasar di mana metode tersebut kurang
tepat untuk diterapkan.
2. Siswa kurang aktif mengikuti proses
belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan siswa lain.
3. Prestasi belajar rata-rata kelas yang rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta
identifikasi masalah di atas, maka permasalahan difokuskan pada
prestasi rata-rata kelas VII C pada mata pelajaran PKn yang rendah,
salah satunya disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang masih
bersifat konvensional. Untuk mengatasinya akan dicobakan metode
pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
"Apakah
melalui metode Think-Pair-Share (TPS), dapat meningkatkan prestasi
belajar PKn pada siswa kelas VII C SMPN X tahun ajaran XXXX/XXXX?"
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: "Untuk mengetahui penggunaan
metode pembelajaran Think-P air-Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi
belajar PKn pada siswa kelas VII C SMPN X tahun ajaran XXXX/XXXX".
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang
bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan metode
Think-Pair-Share (TPS) terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan,
dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan
permasalahan sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa memperoleh kemudahan dalam mempelajari materi PKn yang sifatnya teoritis.
2) Melalui metode ini siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan pelajaran PKn.
3)
Siswa diharapkan mempunyai semangat yang tinggi dalam mempelajari PKn
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang
bersangkutan.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan bagi guru di
bidang studi PKn dalam menentukan metode mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuan tiap kelas, pada mata pelajaran yang bersangkutan,
dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswanya.
2) Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran PKn.
c. Bagi Peneliti
1) Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama belajar di bangku perkuliahan.
2)
Sebagai bekal bagi peneliti kelak ketika menjadi guru supaya
memperhatikan metode mengajar yang tepat khususnya metode
Think-Pair-Share (TPS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar