Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan
modern yang ditandai dengan pesatnya laju informasi dan ilmu
pengetahuan serta teknologi menuntut setiap orang memiliki kecepatan dan
ketepatan yang tinggi. Kecepatan dan ketepatan dalam menafsirkan dan
menyerap informasi baik secara lisan maupun tulisan. Penafsiran dan
penyerapan informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca,
selanjutnya agar mudah mengingatnya melalui cara menulis.
Pengajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki arti dan peranan penting
bagi siswa, karena merupakan awal mula diletakkannya landasan kemampuan
berbahasa Indonesia. Hal ini bertambah pentingnya mengingat sebagian
besar peserta didik yang memasuki Sekolah Dasar hampir tidak memiliki
latar belakang berbahasa Indonesia (Depdikbud 1995: 1).
Kegiatan
membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang unik dan rumit,
sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa
mempelajarinya. Bagi sebagian orang kegiatan membaca dan menulis
merupakan kegiatan yang bermanfaat. Kemampuam membaca dan menulis
merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Maka
daripada itu, anak harus belajar membaca dengan benar. Membaca dengan
benar perlu menguasai teknik belajar membaca, yaitu dengan sikap duduk
yang benar, dan letak buku bacaan yang lurus dengan pinggir meja, serta
dengan jarak mata dan buku yang sesuai antara 25-30 cm. (Depdiknas,1995:
22).
Demikian juga kemampuan menulis, tanpa memiliki kemampuan
siswa akan mengalami kesulitan dalam menyalin, mencatat, dan
menyelesaikan tugas sekolah. Mengingat pentingnya kedua kemampuan dan
keterampilan tersebut dalam kehidupan, maka membaca menulis permulaan
perlu diajarkan di lingkungan sekolah mulai kelas I Sekolah Dasar .
Kegiatan
membaca dan menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa
yang dikuasai setelah kemampuan menyimak dan berbicara. Dibandingkan
dengan kedua kegiatan tersebut, keterampilan membaca dan menulis jauh
lebih sulit menguasainya. Hal ini disebabkan kemampuan membaca dan
menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan non
kebahasaan.
Mengingat sulitnya menguasai kedua keterampilan
tersebut, maka seorang guru atau pengajar harus memiliki penguasaan
strategi pembelajaran yang baik dan tepat. Membelajarkan kegiatan
membaca dan menulis memang tidak mudah. Sering dijumpai berbagai
kesulitan sehingga perlu adanya pemilihan teknik yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengajaran
membaca dan menulis diberikan dengan sederhana mulai kelas I Sekolah
Dasar. Pengajaran ini dikenal dengan Membaca Menulis Permulaan dengan
"Tujuan memperkenalkan cara membaca dan menulis dengan teknik-teknik
tertentu sampai dengan anak mampu mengungkapkan gagasan dalam bentuk
tulisan, dengan kata lain kalimat sederhana ". (Henry Guntur Tarigan,
1977: 20).
Kemampuan membaca siswa yang diperoleh pada tahap
membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan lanjut di
kelas yang lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan
berikutnya. Pada tahapan ini siswa harus benar-benar mendapat perhatian
guru, jika dasar itu tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa
akan mengalami kesulitan untuk mempelajari bidang lainnya.
Sementara
itu kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang
bersifat produktif, artinya dengan kemampuan membaca menulis siswa dapat
menghasilkan suatu karya dalam bentuk tulisan. Banyak hal yang terlibat
pada saat seseorang menulis. Berpikir secara teratur dan logis, mampu
mengungkapkan gagasan secara jelas, serta mampu menggunakan bahasa
secara efektif dan menerapkan kaidah dalam menulis. Sebelum dapat
mencapai tingkat kemampuan menulis tersebut siswa harus mulai belajar
mengenal lambang-lambang bunyi. Mengingat pentingnya kemampuan membaca
dan menulis, maka dalam proses pembelajaran di sekolah guru hendaknya
merencanakan segala sesuatunya baik materi, metode dan alat
pembelajarannya.
Keluhan tentang kekurangterampilan siswa dalam
membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar pada kelas I dalam
pelajaran Bahasa Indonesia saat ini masih sering dirasakan, dalam
kenyataan masih ada keluhan guru di Sekolah Dasar mengenai membaca,
karena masih ada siswa kelas II, III, dan IV yang belum bisa membaca
dengan baik. Faktor- faktor yang menyebabkan siswa tersebut belum bisa
membaca dan menulis antara lain: lingkungan keluarga yang tidak
kondusif, motivasi siswa dalam membaca permulaan masih rendah, serta
penerapan metode dan strategi pengajaran membaca dan menulis permulaan
yang kurang tepat.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca
dan menulis siswa Sekolah Dasar dapat diajarkan dengan baik serta
diperoleh hasil yang maksimal, maka guru memerlukan suatu strategi yang
efektif dan efisien yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar. Hal ini
senada pendapat Nana Sudjana (1989: 24) yang mengungkapkan bahwa untuk
mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam kegiatan belajar
mengajar, guru dapat memilih strategi yang disesuaikan dengan kondisi
siswa kelas I SD. Kondisi siswa kelas I SD berbeda dengan kondisi siswa
kelas yang lebih tinggi. Siswa kelas I SD sangat peka dan menurut apa
yang diajarkan gurunya.
Siswa kelas I SD menganggap guru sebagai
idolanya. Apa yang diajarkan guru akan dicontoh pada proses belajarnya.
Guru harus dapat memberi contoh belajar yang mudah diikuti oleh siswa,
sehingga siswa mampu mencapai tujuan akhir pembelajaran.
Seperti
yang diamanatkan dalam UU No 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik (Pasal1). Ditegaskan pula bahwa guru sebagai agen pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 4).
Mengacu
pada isi UU No. 14 Tahun 2005 di atas sangat jelas bahwa guru merupakan
komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Guru, menurut Sarwiji
Suwandi (2003a, 2003d,2004), merupakan variabel determinan bagi
keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Barangkali Anda bersetuju
bahwa siswa- siswa yang berprestasi pada umumnya memiliki akses untuk
berkembang dengan lebih baik di bawah bimbingan guru-guru yang
profesional serta memiliki kemampuan intelaktual dan kreativitas tinggi.
Faktor
penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar salah
satunya adalah guru. Maka seorang guru harus memahami kurikulum secara
komprehensif mulai dari konsep teori sampai dengan implementasinya di
dalam kelas. Namun dalam pelaksanaan di lapangan tidak jarang ditemukan
masalah- masalah, dan kegagalan dalam pembelajaran. Pembelajaran kurang
berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai yang diperoleh siswa tidak
memuaskan. Hal ini bila dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam membaca
dan menulis permulaan dengan standar kompetensi di kelas I Sekolah Dasar
masih rendah. Hal itu juga terjadi di Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X
kemampuan membaca dan menulis masih rendah.
Salah satu cara untuk
mengatasi hal itu, guru harus dapat melakukan terapi dengan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). "Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat" (Wardani, 2000: 14).
Sementara itu, menurut
Rohman Natawidjaya (1997), karakteristik penelitian tindakan sebagai
berikut: a) merupakan prosedur penelitian di tempat kejadian yang
dirancang untuk menanggulangi masalah nyata di tempat yang bersangkutan,
b) diterapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau
faktor- faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana
penelitian, c) terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru
di kelas, d) bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan), e) banyak
mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku
serta refleksi peneliti, f) menyerupai "Penelitian Eksperimental",
namun tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel, dan g)
bersifat situasional dan spesifik, umumnya dilakukan dalam bentuk studi
kasus.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Rochman
Natawidjaya (1977) adalah: a) untuk menanggulangi masalah atau kesulitan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga
kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan
pengembangan materi pengajaran, b) untuk memberikan pedoman bagi guru
atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan
meningkatkan mutu kinerja atau mengubah system kerjanya agar menjadi
lebih baik dan produktif, c) untuk melaksanakan program latihan,
terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi
palatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati
dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut, d) untuk memasukkan
unsur - unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan
dan sulit untuk ditembus oleh pembaruan pada umumnya, e) untuk
membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi
(guru) dengan para peneliti akademis, dan f) untuk perbaikan suasana
keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi
pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan
dengan pihak sekolah.
Bertolak dari pendapat di atas, maka seorang
guru dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas itu sendiri secara
sadar, dan terencana dengan baik. Dengan penelitian tindakan kelas
kualitas mengajar lebih baik, dapat meningkatkan kualitas pelayanan
dalam belajar mengajar, sehingga kinerja guru dan siswa dapat meningkat
pula. Selain itu guru akan terdorong semakin professional. Hal ini akan
menyebabkan guru terus merefleksi proses belajar mengajarnya, kemudian
melakukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki dan mengevaluasi atas
kinerjanya sendiri.
Hal ini senada dengan pendapat Imam dkk.
(2004) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat menjembatani
kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Guru akan memperoleh
balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan praktik pembelajaran.
Dengan demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori belajar
mengajar dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Guru dapat
mengadaptasi atau mengadopsi teori itu untuk diterapkan di kelas agar
pembelajaran efektif, efisien, fungsional dan optimal.
Dalam
penelitian ini ditawarkan salah satu alternatif tindakan dalam
pembelajaran membaca menulis permualan di kelas I SD Negeri X, Kecamatan
X, yaitu pembelajaran terpadu. Seperti diungkapkan oleh Tim
Pengembangan PGSD (1997: 3) "Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individu maupun kelompok
aktif mencari menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna, dan otentik. Guru diharapkan dapat menerapkan
pembelajaran terpadu yang holistik, aktif, otentik, dan bermakna dengan
pengembangan tema secara terpadu, sehingga terjadi proses pembelajaran
otentik, mengenai proses maupun isi untuk semua materi pelajaran,
khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai membaca menulis
permulaan.
Guru diharapkan dapat merancang kegiatan pembelajaran,
agar siswa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan baru sehingga
hasil pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Untuk
menerapkan alternatif melalui pembelajaran terpadu ini, peneliti akan
mengadakan kolaborasi dengan guru dan siswa kelas I SD agar dapat
memusatkan perhatian dalam pengamatan secara cermat sehingga mendapatkan
hasil yang maksimal.
Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa melalui pembelajaran terpadu, guru lebih kreatif melakukan
inovasi pada materi dan media pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan siswa sebagai sumber belajar. Siswa merasa terbantu dalam
berlatih, berpikir, dan bernalar karena mereka belajar melalui
pengalaman yang nyata. Siswa bebas bertanya, agar dapat mengubah sikap
siswa yang tadinya diam dan pasif menjadi bersemangat dan berani
mengemukakan pendapat.
Pelajaran membaca dan menulis sebagai dasar
untuk memperoleh ilmu pengetahuan, maka perlu diupayakan suatu
alternatif strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, Khususnya dalam
pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar. Dalam hal ini guru
dapat menerapkan bermacam- macam pembelajaran sesuai dengan kemampuan
dan kesiapan guru serta siswa itu sendiri, dengan memperhatikan siswa
sebagai subjek dan objek dalam proses belajar yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
diuraikan diatas, agar hasil penelitian ini mendalam dan terfokus maka
dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah dengan penerapan pembelajaran terpadu dapat meningkatkan
kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X
Kecamatan X ?
2. Apa sajakah masalah yang muncul dalam penerapan
pembelajaran terpadu pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa
kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat peneliti sampaikan tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.
2.
Untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang timbul dalam pembelajaran
terpadu, pada pembelajaran membaca menulis permulaan siswa kelas I
Sekolah Dasar Negeri X Kecamatan X.
D. Manfaat Penelitian
Setelah
penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat secara teoretis dan secara praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah :
a.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan salah satu
teori pembelajaran membaca menulis yang menunjang mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.
b. Memperkaya khazanah
teori/keilmuan yang terkait dengan proses pembelajaran membaca menulis
permulaan dengan penerapan pembelajaran terpadu.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah :
a. Siswa
Untuk
menambah pemahaman mereka bahwa dengan penerapan pembelajaran terpadu
akan membantu kemampuan membaca menulis permulaan serta memberikan
motivasi belajar.
b. Guru
Untuk mengembangkan kemampuan
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca menulis permulaan
yang benar- benar efektif dengan jalan penerapan pembelajaran terpadu,
serta menambah pengalaman guru untuk melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
c. Sekolah
Untuk memberi gambaran tentang
kompetensi guru dalam mengajar, dan kompetensi siswa dalam membaca
menulis permulaan, sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran dapat ditingkatkan.
d. Peneliti
Untuk menambah
pemahaman wawasan keilmuan dan penelitian guna merancang penelitian
lebih lanjut dengan desain penelitian dan fokus masalah yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar