Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap lembaga pendidikan pasti
mempunyai tujuan yang sama dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satunya yaitu dengan senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan masing-masing lembaga pendidikan tersebut. Begitu pula yang
dilakukan oleh SMP X yang terus berusaha menerobos dalam peningkatan
mutu dan kualitas sekolah. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi
kendala-kendala yang timbul dalam kaitannya dengan mutu pendidikan.
Termasuk bersikap terbuka dan bekerjasama dengan peneliti untuk
menemukan inovasi-inovasi baru di dalam pembelajaran. Inovasi-inovasi
baru ini diharapkan bisa diterapkan dengan baik sehingga bisa mengatasi
kendala-kendala yang selama ini timbul dan perlu segera ditangani.
Salah
satu kendala yang kini sedang dihadapi SMP X terkait dengan
keterampilan berbahasa adalah rendahnya kemampuan menulis siswa. Hal ini
bisa diketahui dan diidentifikasi dari beberapa hal. Pertama, hasil
wawancara peneliti dengan guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Dian
Perdani, S. Pd) yang mengajar di sekolah tersebut tertanggal 7 Januari
XXXX. Guru menjelaskan bahwa kemampuan menulis siswa kelas VIII masih
sangat rendah, terutama menulis teks berita. Siswa masih bingung dengan
pengemasan bahasa berita yang singkat, padat dan jelas. Mereka pun
terkadang tidak memperhatikan kelengkapan data pokok berita. Selain itu
aspek ejaan dan tanda baca juga masih rendah. Beliau menambahkan, "Jadi
siswa itu kalau diterangkan, kalau ditanya, sudah paham atau belum,
jawabannya itu sudah, tapi kalau disuruh mengerjakan itu masih banyak
kesalahannya." Lebih lanjut, ditambahkan juga dari kelima kelas, kelas
VIII B lah yang memiliki kemampuan menulis paling rendah.
Bertolak
dari pernyataan tersebut, peneliti pun mengadakan observasi awal
prasiklus (12 Januari XXXX) untuk memastikan kebenaran informasi yang
diberikan guru sebelumnya.
Dari hasil observasi prasiklus dapat
disimpulkan bahwa kualitas hasil kemampuan menulis teks berita siswa di
kelas VIII B rendah. Berikut disajikan data hasil nilai kemampuan awal
menulis teks berita siswa kelas VIII B.
** tabel sengaja tidak ditampilkan **
Kedua,
dari hasil survei dan observasi prasiklus di kelas VIII B (Senin, 12
Januari XXXX) diperoleh gambaran awal kondisi pembelajaran menulis teks
berita yang menunjukkan bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran menulis. Pada saat pemberian materi terlihat sekali
dominasi guru. Guru menerapkan metode ceramah dan siswanya hanya disuruh
mendengarkan dan mencatat jika memang diperlukan. Selesai menerangkan
materi, guru meminta siswa membaca contoh teks berita yang ada di buku
panduan mereka. Sedangkan guru hanya duduk di bangku depan. Kondisi ini
berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit. Waktu yang cukup lama dan
terkesan tidak efektif. Siswa terlihat bosan dan sibuk dengan aktivitas
mereka sendiri (mengobrol dengan teman sebangkunya, memandang ke
langit-langit dan terlihat melamun, memain-mainkan alat tulis, dst).
Keadaan ini menunjukkan kurangnya kualitas proses pembelajaran.
Sejauh
ini pembelajaran menulis di SMP X berlangsung dengan menggunakan metode
dan cara yang sama dari waktu ke waktu, yaitu hanya dengan memberikan
tugas menulis dan dikerjakan di rumah kemudian dikumpulkan pada batas
waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru tidak pernah mengetahui
bagaimana proses pengerjaan siswa. Guru hanya mengetahui hasil akhirnya
sebagai bahan penilaian. Dengan kata lain, pembelajaran lebih
berorientasi pada produk. Penggunaan media serta sarana prasarana yang
ada juga belum dimanfaatkan secara optimal.
Dari hasil wawancara
dengan siswa (12 Januari XXXX) mengindikasikan bahwa minat siswa
terhadap pembelajaran menulis rendah, minat membaca siswa pun rendah,
padahal minat baca sangat bertalian erat dengan kemampuan menulis. Hal
ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Semi (1995: 5) bahwa semakin
banyak siswa membaca, cenderung semakin lancar dia menulis. Saat
diwawancara beberapa siswa mengatakan kesulitan dalam menuangkan ide
mereka sehingga mereka merasa malas, takut dan bosan ketika ada
pelajaran menulis. Mereka juga menilai guru mereka kurang kreatif dalam
menyampaikan materi, sehingga saat pembelajaran tidak bisa menumbuhkan
motivasi dan minat mereka. Selain itu, siswa juga mengeluhkan tidak
adanya penghargaan lebih terhadap karya mereka.
Rendahnya
kemampuan menulis siswa (baik dari proses maupun hasil) menunjukkan
adanya ketidakberhasilan di dalam pembelajaran menulis. Kesulitan siswa
melakukan aktivitas menulis di sekolah maupun kekurangtepatan guru
memilih strategi pembelajaran menulis menjadi faktor penyebab
ketidakberhasilan sekolah menjadikan menulis sebagai suatu
budaya/tradisi baik bagi siswa ataupun guru tersebut. Hal ini
memungkinkan pelajaran menulis menjadi kegiatan yang membosankan bagi
siswa.
Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama bidang
keterampilan seperti menulis, sudah selayaknyalah diperlukan sebuah
teknik atau cara pengajaran yang lebih memudahkan siswa dalam melewati
proses kreatif, yaitu dari mulai menemukan ide sampai menuangkannya.
Usia anak SMP amerupakan usia transisi menuju dewasa. Sebagaimana yang
dinyatakan Hoover (1964: 29) bahwa adolescent is seen as a dynamic
individual caught in all the stresses and strains of transitions from
childhood to a young adult. Selain itu, karakteristik dari remaja pada
umumnya adalah mereka senang berkelompok dengan teman sebayanya. Hal ini
dikemukakan oleh Warkitri (2002: 49) bahwa hampir setiap remaja
memiliki teman-teman sebaya dalam bentuk kelompok. Berangkat dari hal
tersebut peneliti menetapkan sebuah teknik pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan psikologi siswa remaja yaitu Metode Cooperative
Learning dengan tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Menurut
Slavin (2008: 10) siswa yang bekerjasama dalam belajar dan bertanggung
jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama
baiknya. Dalam hal ini penerapan pembelajaran kooperatif dilaksanakan,
atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
konsep-konsep itu dengan temannya. Sementara itu Student Teams
Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode yang sangat
mengutamakan kerja sama yang baik di dalam tim. Sebagaimana yang
tertuang dalam Slavin (2008: 144) bahwa tim adalah fitur yang paling
penting dalam STAD. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan
penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk
mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk
melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting,
berharga, dan menyenangkan.
Penelitian tentang peningkatan
keterampilan menulis teks berita dengan metode Student Teams Achievement
Divisions (STAD) belum pernah diteliti oleh orang lain di SMP X. Selain
itu, pembelajaran menulis teks berita yang berlangsung di SMP X hanya
berkisar tentang pemberian materi dan tugas menulis teks berita dengan
penugasan pekerjaan rumah. Guru tidak menerapkan sebuah teknik ataupun
media yang bisa digunakan agar anak lebih tertarik dan tertantang. Atas
dasar itu, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap
permasalahanyang dihadapi di kelas VIII B SMP X. Penelitian ini
diharapakan bisa membawa dampak positif bagi guru dan siswa dalam rangka
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis teks berita
di sekolah tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis teks berita siswa?
2. apakah metode
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis teks berita
siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks berita siswa
melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD).
2. meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menulis teks berita siswa melalui penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
D. Indikator Keberhasilan
Untuk
mengukur ketercapaian tujuan tersebut dirumuskan indikator-indikator
keberhasilan tindakan baik proses maupun hasil sebagai berikut.
** tabel sengaja tidak ditampilkan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian
ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pembelajaran bahasa
yang berkaitan dengan teori keterampilan menulis, khususnya keterampilan
menulis teks berita. Lebih lanjut dikaitkan dengan metode pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Dapat
melakukan aktivitas menulis dengan lebih mudah dan menyenangkan, karena
siswa merasa terbantu dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang mengutamakan kerja
kelompok. Akan tetapi tanggung jawab individupun tetap menjadi
prioritas.
b. Bagi guru
Dapat mengembangkan pembelajaran
menulis dengan berorientasi pada proses dan bukan hanya hasil, serta
secara kreatif dan inovatif menggunakan cara yang lebih bisa memudahkan
siswanya dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Sekolah
bisa mendapatkan masukan strategi dan cara yang bagus tentang sistem
pembelajaran, terutama pembelajaran menulis, sehingga sekolah bisa
menerapkan cara yang efektif dan inovatif dalam sistem pembelajarnnya,
sekaligus dapat dijadikan acuan dalam menemukan inovasi-inovasi baru
lainnya.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan memperoleh
pengalaman langsung tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), pada pembelajaran
menulis teks berita pada siswa SMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar