Dipostkan oleh :
MUHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada
hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul
dengan manusia lain, baik untuk menyatakan pendapatnya, maupun untuk
mempengaruhi orang lain demi kepentingannya sendiri maupun kelompok atau
kepentingan bersama. Peranan bahasa yang utama adalah sebagai alat
untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan yang lain dalam
suatu masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mustakim (1994 :
2) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh anggota
masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat lain yang mempunyai
kesamaan bahasa. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan
manusia lainnya, walaupun latar belakang sosial dan budayanya berbeda.
Oleh karena itu, fungsi bahasa yang paling mendasar adalah untuk
berkomunikasi (P.W.J. Nababan, 1993 : 40), yaitu alat pergaulan dan
perhubungan sesama manusia sehingga terbentuk suatu sistem sosial atau
masyarakat. Bahasa sebagai bagian dari masyarakat merupakan gejala
sosial yang tidak dapat lepas dari pemakainya. Sosiolinguistik sebagai
cabang ilmu bahasa merupakan interdisipliner ilmu bahasa dan ilmu
sosial, berusaha menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan
pemakaian di dalam masyarakat.
Pemakaian bahasa dalam masyarakat
selain dipengaruhi faktor-faktor linguistik juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik yang
berpengaruh itu antara lain; status sosial, tingkat ekonomi, jenis
kelamin, umur, dan sebagainya. Sedangkan faktor situasional yang
mempengaruhi pemakaian bahasa adalah siapa yang berbicara, dengan bahasa
apa, kapan, di mana, kepada siapa, dan mengenai apa (Suwito, 1991 : 3).
Mengingat bahasa sebagai alat komunikasi, maka sesuai dengan
keperluannya maka bahasa dipakai dalam berbagai jenis kegiatan yang
tergantung pada fungsi dan situasinya seperti di kantor, di stasiun, di
ruang kuliah, dan sebagainya. Fungsi dan situasi tersebut akan
menimbulkan variasi. Pemilihan variasi yang berdasarkan pada fungsi dan
situasi bahasa dapat menimbulkan munculnya ragam bahasa. Pemilihan
terhadap ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur atau
penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi (Sugihastuti,
2005 : 123).
Seiring perkembangan zaman, teknologi dalam
berkomunikasi pun mengalami kemajuan yang pesat. Seseorang dapat
berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus bertatapan langsung. Dalam
berkomunikasi dengan orang lain, kita dapat berkomunikasi secara primer
maupun sekunder. Proses komunikasi secara secara primer merupakan proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media (Onong Uchjana
Effendy, 1999 : 11). Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang
paling banyak digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa. Akan tetapi,
tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat yang dapat
mencerminkan perasaan yang sesungguhnya.
Berkembangnya masyarakat
beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia mengalami
kemajuan. Tidak hanya dengan bertatap muka saja orang dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan dengan berbagai alat komunikasi
yang canggih seseorang dapat berkomunikasi selayaknya berhadaphadapan
dengan lawan bicara seperti percakapan biasa yaitu melaui media telepon
genggam atau handphone (HP). Seseorang dapat menggunakan media kedua
dalam berkomunikasi Karena adanya kecanggihan teknologi misalkan melalui
HP, televise, radio, dan lain sebagainya. Proses komunikasi seperti hal
tersebut merupakan proses komunikasi secara sekunder, yakni proses
penyampaian komunikasi oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai madia kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama (Onong Uchjana Effendy, 1999 : 16).
Adanya
peranan media, yakni media sekunder seperti HP, dalam komunikasi tidak
perlu bertatap muka langsung maka komunikator dan komunikan dapat
berkomunikasi menyampaikan ide, gagasan, pendapat, dan sebagainya
tentang berbagai hal yang tentu saja melalui bahasa. Oleh karena itu,
terjadilah efesiensi dalam berkomunkasi.yang tidak terpancang pada jarak
dan waktu.
Gejala kontemporasi bahasa yaitu berubahnya serta
berkembangnya bahasa sesuai situasi dan kondisi merupakan konsekuensi
dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan bagian dari budaya
masyarakat. Masyarakat menggunakan lambang-lambang bahasanya berdasarkan
pengalaman dan pemikiran manusia yang memang terus berkembang.
Perkembangan masyarakat dan perubahan budaya menyebabkan timbulnya
berbagai macam variasi atau keragaman bahasa, termasuk munculnya
kosakata baru.
Demikian halnya mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas X selalu
berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. Selain berkomunikasi secara
lisan mahasiswa juga berkomunikasi melalui tulisan SMS, apabila mereka
tidak dapat saling bertemu melalui tatap muka. Mengingat HP merupakan
media yag efektif dalam berkomunikasi melalui SMS (Short Message
Service) yang relatif murah, maka SMS pun efektif dan efisien dalam
menjalin suatu komunikasi antar mahasiswa.
Dalam berkomunikasi
melalui SMS, pemakai SMS harus menuliskan pesan yang berjumlah 160
karakter. Keterbatasan jumlah karakter dalam sekali kirim akan
menimbulkan suatu keragaman berbahasa dalam ber-SMS. Demikian halnya
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
FKIP X menggunakan suatu bahasa yang mempunyai suatu keragaman
tersendiri dalam ber-SMS karena selain disebut anak muda, mereka juga
sering menggunakan bahasa yang selalu mengikuti perkembangan. Sebagai
mahasiswa yang kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia dan Daerah yang paling tidak mengetahui seluk-beluk mengenai
penggunaan bahasa, maka bahasa yang digunakan dalam ber-SMS pun
mempunyai suatu variasi atau keragaman tersendiri yang menimbulkan suatu
keuikan dalam berbahasa. Pilihan kata yang tidak sesuai dengan kaidah
ketatabahasaan serta penggunaan simbol-simbol ekspresi atau disebut
emoticon menimbulkan suatu keunikan tersendiri dalam berkomunikasi
berbentuk bahasa tulis melalui media handphone/HP.
Contoh umum
emoticon atau simbol yang sering digunakan dalam ber- SMS adalah : -)
yang artinya “Si pengirim pesan sedang senang” atau juga simbol : -(
yang menandakan si pengirim pesan sedang sedih. Selain digunakan sebagai
ekspresi wajah atau ekspresi keadaan diri saat ber-SMS, penggunaan
simbol ekspresi melalui berbagai tanda baca digunakan untuk menghemat
pemakaian karakter. Keterbatasan karakter dalam ber-SMS maka pengirim
SMS juga berusaha kreatif dengan menciptakan singkatan-singkatan yang
unik. Sekarang ini singkatan yang lazim digunakan adalah singkatan umum
yang diadopsi dari bahasa Inggris dan diadaptasi dari istilah yang
digunakan pengguna fasilitas chatting di internet. Misalnya, C U (see
you) artinya “sampai jumpa lagi”, Be4 (before) artinya “sebelumnya”.
Istilah tersebut kerap digunakan dalam ber-SMS, karena pada awal
perkembangannya, bahasa Inggrislah yang sering dipergunakan dalam
komunikasi chatting. Namun, dalam perkembangannya singkatan dalam bahasa
Indonesia juga sangat kerap digunakan oleh pengguna SMS.
Berdasarkan
uraian di atas, peneliti berusaha mengembangkan sebuah penelitian
mengenai wujud pemakaian bahasa dalam SMS yang digunakan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah serta
hal-hal yang melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam SMS. Pada
penelitian ini, peneliti memberi judul “Kajian Pemakaian Bahasa dalam
SMS (Short Message Service) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas X : Sebuah Tinjauan
Sosiolinguistik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, agar penelitian ini jelas dan lebih
terarah maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah wujud pemakaian bahasa dalam SMS mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP X?
2.
Hal-hal apa sajakah yang melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam SMS
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
FKIP X?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi yang jelas mengenai :
1. Wujud Pemakaian bahasa dalam SMS mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP X.
2.
Hal-hal yang melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam SMS mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP X.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah teori yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam SMS.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :
a. Bagi Mahasiswa
Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai
adanya faktor-faktor sosiolinguistik yang di terapkan pada pemakaian
bahasa dalam SMS.
b. Bagi Pengguna Jasa SMS
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai bahasa dalam SMS yang digunakan dalam berkomunikasi.
c. Peneliti Lain
Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi maupun bahan
pijakan kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar