Dipostkan oleh :
MUSHSYANUR, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai
salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional, kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia di SMPN X belumlah menggembirakan.
Setidaknya itu tercermin dalam hasil tes tengah semester dan tes akhir
semester kelas VIII masih di bawah memuaskan, terutama kelas VIII A yang
nilai reratanya selalu berada di bawah nilai rerata kelas lain. Ini
dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1: Rerata Nilai Tengah
Semester dan Nilai Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas VIII Tahun Pelajaran XXXX/XXXX
* Tabel sengaja tidak ditampilkan *
Data
di atas menunjukkan bahwa rerata nilai mata pelajaran bahasa Indonesia
kelas VIII A selalu berada di bawah rerata nilai kelas lain bahkan nilai
rerata tersebut masih berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sekolah ini yaitu 66.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia diakui oleh guru kelas mata pelajaran bahasa
Indonesia karena siswa di kelas ini mengalami kesulitan dalam memahami
aspek kemampuan berbahasa, mengakibatkan proses pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas tidak berjalan secara optimal. Bahkan guru menilai
proses pembelajaran masih jauh dari tujuan akhir pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Siswa yang memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia rendah pada kelas VIII A, oleh guru kelas
diidentifikasikan salah satu penyebabnya adalah kurangnya kemampuan
siswa dalam mengintegrasikan aspek-aspek kebahasaan yang ada seperti
yang diharapkan dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 2004. Berdasar pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Menengah Pertama, ada empat aspek kebahasaan yang harus dicapai
nilai ketuntasan pembelajarannya. Empat aspek itu meliputi aspek: (1)
mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis. Dari empat
aspek kebahasaan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, ada
keterkaitan yang erat antara keempat aspek tersebut.
Ruang lingkup
mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen-komponen kemampuan
berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1)
mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis. Keempat aspek
kebahasaan ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain, ada keterkaitan
yang erat antara keempat aspek tersebut (Henry Guntur Tarigan, 1994: 1).
Pendapat
senada disampaikan oleh Brown dalam Joko Nurkamto yang mengatakan bahwa
proses belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam praktiknya, empat
kemampuan berbahasa yang ada tidak digunakan satu persatu secara
terpisah tetapi digunakan secara simultan dan terpadu. Kegiatan
berbicara misalnya, mengimplikasikan perlunya kegiatan menyimak,
demikian juga kegiatan menulis mengimplikasikan perlunya kegiatan
membaca (2000: 3)
Berdasar pada karakteristik empat aspek
tersebut, proses pembelajaran dengan pendekatan integratif antaraspek
kemampuan berbahasa merupakan cara yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan integratif dapat diartikan
sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu. Salah
satu pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam Kurikulum Bahasa Indonesia
adalah pendekatan integratif (Imam Syafi'ie, Mam'ur Saadie, Roekhan.
2001: 2.19)
Berdasar pada pandangan di atas, peneliti dan guru
bidang studi mengadakan sharing ideas untuk menemukan solusi yang tepat
dalam mengatasi masalah lemahnya kemampuan berbahasa pada siswa kelas
VIII A, sehingga kemampuan berbahasa siswa meningkat. Berdasar sharing
ideas yang dilakukan ditemukan alternatif pemecahan, dalam proses
belajar-mengajar guru diharapkan lebih menfokuskan pada pendekatan
integratif antaraspek kemampuan berbahasa yang variatif sehingga dalam
proses pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan mudah diterima oleh
siswa.
Peningkatan kemampuan berbahasa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia pada siswa kelas VIII A SMPN X dapat dilakukan dengan
pendekatan integratif yaitu dengan memadukan antaraspek berbahasa dalam
sebuah pembelajaran. Misalnya meningkatkan kemampuan menulis siswa
dengan memadukan kemampuan berbahasa yang lain seperti mendengarkan dan
membaca atau meningkatkan kemampuan menulis dengan memadukan kemampuan
membaca dan berbicara. Pembelajaran bahasa dengan pendekatan integratif
ini selain meningkatkan kemampuan menulis siswa akan mempengaruhi pula
peningkatan kemampuan berbahasa lainnya. Pengintegrasian yang lain
misalnya dalam mengukur kemampuan membaca siswa akan melibatkan aspek
kemampuan mendengarkan, berbicara dan menulis.
Pembelajaran bahasa
Indonesia dengan pendekatan integratif dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Metode yang dilakukan dapat dengan melalui ceramah, tanya jawab,
diskusi dan inkuiri yang berhubungan dengan aspek kemampuan berbahasa.
Seperti diungkapkan White (1997: 14) metode pembelajaran bahasa dapat
dilakukan dengan audio lingualisme. Pembelajaran bahasa yang menggunakan
metode ini akan menempatkan kegiatan berbicara (speaking) sebagai
pembelajaran bahasa yang paling utama (speaking practice), sementara
sebagai pendukung bahasa yang sudah dipraktikkan melalui berbicara
diberikan membaca (reading) dan menulis (writing).
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam proses pembelajaran mempunyai
kebebasan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam pembelajaran
bahasa secara terintegratif yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi yang ada. Konsep dasar dalam pembelajaran bahasa adalah guru
melakukan kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
dan melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam pembelajaran
terpadu, agar pembelajaran efektif dan berjalan sesuai dengan harapan,
ada persyaratan yang harus dimiliki, yaitu (a) kejelian profesional para
guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan
pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya
kaitan-kaitan konseptual intra dan antar mata bidang studi dan (b)
penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran integratif dapat dilakukan dengan dua
cara, (1) yaitu pembelajaran integratif dengan cara memadukan antar
aspek yang ada dalam satu bidang studi, dan (2) adalah pembelajaran
integratif antar bidang studi, yaitu memadukan dua bidang studi dalam
satu kajian misalnya bidang bahasa dengan sejarah, atau bidang studi
lainnya. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/36/implementasi pendidikan
budi pek.htm.
Integratif dalam proses pembelajaran bahasa dapat
dikatakan sebagai rancangan kebijakan pengajaran bahasa dengan
menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan
menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran, sehingga
tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah. Pendekatan integratif
dalam pembelajaran bahasa ada dua macam:
(1) Integratif internal;
keterkaitan yang terjadi antara bahan pelajaran itu sendiri, misalnya
pada mata pelajaran bahasa dengan fokus menulis, kita bisa mengaitkan
dengan membaca dan mendengarkan.
(2) Integratif eksternal;
keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain,
misalnya: bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka
kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk
pelajaran bahasanya sedang untuk pelajaran sainsnya kita bisa
menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.
(http://www.scribd.com/doc/3294575/Pendekatan-terpadu-Imron-Nurdiansyah)
Sebuah
proses pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak setelah dilakukan
evaluasi terhadap pembelajaran tersebut. Evaluasi yang paling tepat
dalam menilai kemampuan berbahasa Indonesia siswa adalah evaluasi proses
dengan memadukan antaraspek kebahasaan yang ada. Evaluasi proses
merupakan evaluasi sulit dan membutuhkan kegiatan ekstra dari guru
bidang studi. Jumlah siswa yang banyak dan karakter yang berbeda pula
menjadi kendala dalam pelaksanaan evaluasi ini bagi seorang guru.
Kendala-kendala apa saja yang akan dihadapi guru dalam melakukan proses
pembelajaran bahasa Indonesia dalam melakukan peningkatan kemampuan
berbahasa Indonesia dengan pendekatan integratif akan terlihat dalam
pelaksanaan tindakan kelas nanti.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan
integratif guna meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas
VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX?
2. Apakah penerapan
pendekatan integratif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X
tahun pelajaran XXXX/XXXX ?
C. Tujuan Penelitian
Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk menanamkan konsep-konsep tentang
pembelajaran bahasa Indonesia dengan melakukan pendekatan integratif dan
mendeskripsikan tentang peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VIII A
dengan pendekatan integratif yang dilakukan dalam proses pembelajaran
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses pembelajaran bahasa
Indonesia dengan pendekatan integratif guna meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX?
2. Meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX ?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam peningkatan mutu pendidikan.
Manfaat
teoritis, dalam penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
bidang kebahasaan. Penelitian ini khusus mengkaji tentang kemampuan
berbahasa Indonesia siswa dengan mengambil setting SMPN X.
Manfaat
praktis, bahwa penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada guru
dan siswa. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Guru
Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif.
2. Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar